Laman

Minggu, 17 Juli 2011

Aplikasi Teknologi Untuk Diklat, Why Not?

Hari Jum’at adalah salah satu hari paling krusial dalam program Diklatpim II. Hal ini dikarenakan hari Sabtu adalah waktu untuk kerja mandiri, sementara Minggu adalah hari libur resmi. Maka, wajar jika selalu banyak peserta yang ijin (resmi maupun tidak) pada hari Jum’at, khususnya pada sesi ke-2 (14.00-16.30). Seperti yang terjadi pada hari ini, dari 15 anggota kelompok yang ada, 6 peserta tidak hadir. Beberapa diantaranya mengajukan ijin resmi yang ditandatangani penyelenggara. Namun beberapa yang lain sempat mengisi daftar hadir kemudian ijin melalui widyaiswara. Yang lebih parah, ada yang memang tidak hadir sejak awal namun menitip daftar hadir melalui temannya. Kondisi serupa nampaknya juga terjadi di kelompok lainnya.

Saya tidak tahu pasti apakah kondisi demikian dimonitor oleh penyelenggara. Jika saja ada perangkat teknologi pendukung, tentu saja akan sangat membantu dan memudahkan tugas penyelenggara. Maksud saya, sudah saatnya di setiap ruang kelas dipasang kamera CCTV untuk merekam aktivitas kelas sekaligus untuk memberi efek kedisiplinan kepada peserta dan widyaiswara. Dengan remote sensing seperti ini, penyelenggara tidak perlu memonitor kelas secara door to door dan dapat memperoleh data yang obyektif. Perilaku dan tingkat keaktifan peserta bahkan bisa dipantau langsung oleh penyelenggara. Dengan demikian, perangkat teknologi sederhana seperti ini dapat meningkatkan efektivitas program diklat secara keseluruhan.

Perangkat teknologi yang juga wajib tersedia dalam program diklat adalah jaringan internet, baik wireless maupun local area network. Dalam penyusunan berbagai kertas kerja seperti KTP-2, KKT, maupun DIT, widyaiswara sering meminta agar peserta mengembangkan substansi dan teori seoptimal mungkin. Untuk memenuhi tuntutan seperti itu, kebutuhan browsing menjadi sebuah keniscayaan. Sayang sekali, penyelenggara belum menyediakan fasilitas akses internet. Padahal, jika saja akses internet ini tersedia, ada manfaat lain yang bisa diraih, misalnya pengiriman materi melalui email atau download melalui website atau blog penyelenggara. Distribusi materi, laporan, atau bahan melalui akses internet ini, selanjutnya akan menekan biaya photo copy sekaligus menekan kemungkinan penyebaran virus, sesuatu yang tidak dapat dihindari dengan pola konvensional menggunakan flashdisk dari komputer satu ke komputer lainnya.

Untuk mengantisipasi masalah tidak dapat hadirnya pembicara VVIP, keberadaan perangkat teleconference bisa jadi merupakan solusi jitu. Tokoh-tokoh penting seperti Hatta Rajasa atau Kuntoro Mangkusubroto yang batal memenuhi undangan penyelenggara, tidak perlu membuang waktu menempuh perjalanan dari kantor mereka ke kampus Pejompongan, sehingga ceramah dapat dilaksanakan secara in absentia. Untuk level LAN selaku Instansi Pembina Diklat Aparatur, terlebih dengan mengusung visi sebagai institusi bertaraf internasional, maka keberadaan perangkat teleconference menjadi kebutuhan mendasar. Jika perangkat ini telah terpasang, sekaligus dapat mendukung Tupoksi LAN dalam pembinaan diklat secara nasional.

Sistem lain yang sangat layak dikembangkan adalah Sistem Informasi Alumni Diklat. Data base yang terangkum bukan hanya data Diklatpim II, namun juga Diklat Kepemimpinan jenjang bawahnya yang pernah diikuti. Informasi yang terekam-pun bukan sekedar tahun lulus dan angkatan, namun juga peringkat, judul-judul karya tulis individual beserta nilainya, serta hal-hal khusus yang dipandang perlu. Selanjutnya, perlu dijamin adanya koneksitas antara Sistem Informasi Alumni Diklat ini dengan Sistem Informasi Kepegawaian yang dikembangkan BKN, termasuk KPE (Kartu Pegawai Elektronik). Dengan sistem ini, perencanaan kebutuhan program Diklatpim akan lebih mudah dilakukan sehingga tidak akan terjadi surplus alumni maupun deficit aparat yang telah memenuhi persyaratan kompetensi.

Tentu saja, masih banyak perangkat teknologi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan program diklat. Sebagaimana kata pepatah, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, hidup (diklat) akan menjadi lebih mudah … J

Kampus Pejompongan Jakarta
Jum’at, 15 Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar