Laman

Kamis, 18 April 2013

Medan Magnet di Sekitar Diklat


Secara diam-diam, saya merenungkan bahwa dalam lingkungan diklat seperti yang kami alami saat ini, terdapat dua hukum alam yang berlaku sekaligus.  

Pertama, meski belum menemukan teorinya, saya meyakini bahwa setiap manusia selalu berhadapan dengan cermin-cermin yang tidak nampak (invisible mirror). Energi apapun yang kita keluarkan, dan tindakan apapun yang kita lakukan, akan kembali kepada diri kita apa adanya. Doa yang kita panjatkan, sedekah yang kita sebarkan, senyum yang kita rekahkan, sikap positif yang kita tunjukkan, perkataan manis yang kita lontarkan, dan segala macam kebaikan yang lahir dari dalam diri kita, pasti akan kembali kepada kita sebagai kebaikan, baik dalam bentuk yang sama, atau mungkin juga berbeda. Begitu juga sebaliknya, setiap keburukan yang kita pertontonkan, pada waktunya akan kembali kepada kita sebagai keburukan pula, karena setiap energy yang berasal dari diri kita akan dipantulkan kembali oleh cermin-cermin misterius tadi.  

Inilah yang barangkali sering disebut dengan Hukum Kekekalan Energi yang menyatakan bahwa energi tidak bisa hilang, hanya berubah bentuk. Ketika kita memberi sedekah, tidak pernah kita kekurangan apalagi kehabisan rejeki. Rejeki yang kita bagi dengan orang lain itu akan kembali sebagai rejeki yang lebih banyak, atau mungkin berubah menjadi kebahagiaan dalam hidup kita, yang dengan hidup bahagia itu membuat tubuh kita lebih sehat, dan dengan tubuh sehat kita bisa bekerja lebih giat dan memperoleh rejeki yang lebih berlimpah. 

Kedua, saya juga meyakini bahwa setiap kebaikan akan lebih mudah bertemu dan berkawan dengan kebaikan lainnya; dan setiap kebaikan akan melahirkan kebaikan-kebaikan selanjutnya. Ketika seorang kawan menunjukkan sikap kesalehan dengan rajin shalat di masjid dan puasa sunah, hal ini akan menarik simpul-simpul kesalehan pada pribadi-pribadi yang lain, sehingga kesalehan individu tadi akan mengundang munculnya kesalehan individu-individu lainnya. Inilah yang saya perhatikan dengan classmates saya di Diklatpim I. Pada awal penyelenggaraan, hanya ada dua orang yang rajin puasa Senin-Kamis dan sekitar tujuh sampai delapan orang yang rutin shalat berjamaah. Namun pada minggu keempat dan kelima, saya perhatikan jumlah teman-teman yang berpuasa semakin banyak, demikian pula dengan jamaah shalat Subuh dan Maghrib. Bahkan ketika saya iseng membandingkan dengan peserta Diklatpim II dan III, ternyata persentase jamaah yang berasal dari peserta Diklatpim I jauh lebih banyak. Secara random sampling saya menghitung pada beberapa kesempatan, peserta Diklatpim yang rajin ke masjid ternyata mencapai 50 persen lebih, dan ini bagi saya adalah sebuah hal yang sangat luar biasa dan sangat menggembirakan. 

Fakta inilah yang membuat saya berpikir telah terjadi medan magnet di lingkungan Diklatpim I. Sifat magnet adalah akan memberikan daya tarik kepada unsur-unsur yang sejenis. Seperti saya tulis diatas: “kebaikan akan bertemu dan berkawan dengan kebaikan lainnya”. Dan uniknya, kebaikan rekan-rekan peserta tidak berhenti sampai disini. Ada saja kebaikan yang tercipta setiap harinya, dari membagikan kaos, membagikan buku, mentraktir makan, mensponsori penggandaan bahan bacaan, saling mengunjungi saudaranya yang sakit dan membesarkan hatinya, dan sebagainya. Seolah-olah di kelas kami ada perlombaan berbuat kebaikan. Inilah yang saya tulis diatas bahwa: “setiap kebaikan akan melahirkan kebaikan-kebaikan berikutnya”. 

Saya sungguh berbahagia dengan lingkungan yang penuh kebaikan tadi. Bahkan dalam hati kecil saya sempat tersirat bahwa saya bersedia mengikuti diklat seperti ini selama mungkin meski resikonya saya tidak dapat menerima berbagai honor seperti sebelum mengikuti diklat ini ... J 

Dari sini saya mencoba menarik beberapa lesson learned. Pertama, di lingkungan manapun, terutama di tempat kerja kita, hendaknya kita selalu melakukan kebaikan dengan cara apapun, untuk menemukan kawan kebaikan serta memancing munculnya kebaikan-kebaikan lain. Kedua, ketika ada seseorang disekitar kita yang berbuat kebaikan, perkuatlah dengan kebaikan dari diri kita, dan jangan kembangkan issu murahan bahwa orang tadi sedang mencari perhatian, atau bahwa orang tadi ada maunya dibalik tindakannya, dan sejenisnya. Marilah kita menjadi “magnet” yang positif bagi lingkungan kita, dan mari kita buat dunia ini lebih indah dengan berlomba-lomba dalam kebaikan … 

Dari kamar B-315
Kampus Pejompongan, 16 April  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar