Laman

Jumat, 01 Oktober 2010

Konsep Kepemimpinan Tradisional Suku Jawa


1.        Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani.
§  Pemimpin harus bertindak sesuai norma, aturan, dan etika yang berlaku dalam masyarakat / organisasi.
§  Pimpinan harus mampu memberi dan membangkitkan semangat / motivasi staf.
§  Memberi kesempatan kepada orang lain untuk maju dan mencapai prestasi.
§  Memberi bimbingan, dorongan moril, rasa aman dan nyaman kepada bawahannya dalam bekerja.
§  Hati-hati: jangan berubah menjadi “Ing ngarsa sung rubeda/sulaya; Ing madya nyikut kanca; Tutwuri hamenthungi”.

2.        Andhap asor, wani ngalah luhur wekasane
          Semakin tinggi jabatan seorang pemimpin, semakin dalam kearifannya; semakin besar amanah yang diemban seorang pemimpin, semakin nyata manfaatnya bagi orang-orang disekitarnya; semakin luas kekuasaan seorang pemimpin, semakin banyak orang yang bernaung dibawahnya dalam kedamaian.

3.       Waspada purba wisesa
Pemimpin harus mampu berpikir visioner, peka terhadap kondisi dan perubahan lingkungan, sekaligus jeli dalam mengawasi dan kemudian memberikan koreksi terhadap bawahan.

4.       Blaka suta
Pemimpin harus bersikap terbuka (transparan), dan mau mengakui kesalahan jika memang bersalah, demi kebaikan bersama.

5.       Gemi, teliti lan nastiti; ngati-ati kang wigati
Pemimpin harus hemat dalam menggunakan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dan peruntukannya. Pemimpin juga harus bekerja dengan memperhatikan landasan kebijakan, jangan sampai menyimpang dari aturan.

6.       Ngangsu kawruh
Pemimpin harus terus melakukan pembelajaran (continuous learning – learn, relearn, unlearn) dan berusaha meningkatkan kualitas diri dan organisasi secara berkelanjutan.

7.       Filosofi Blangkon Yogya
Pemimpin tidak boleh munafik dan tidak teguh pendirian (esuk dele sore tempe). Pemimpin juga harus terbuka dalam segala hal, jangan memendam suatu masalah dan menjadikan sebagai bahan gunjingan di belakang.

8.       Sugih tanpa bandha
Kaya yang paling bermakna adalah kaya hati, bukan kaya materi; kaya kawan, bukan kaya lawan; kaya maaf, bukan kaya dendam; kaya ide, bukan kaya bicara; kaya derma, bukan kaya pinta; kaya ilmu, bukan kaya gossip; kaya solusi, bukan masalah.

9.       Digdaya tanpa aji-aji
“Kesaktian” yang paling ampuh adalah kesehatan dan keselamatan. Kesaktian pemimpin juga terletak dari ilmu yang dimiliki serta kearifan yang diterapkan. Agar menjadi “sakti”, seorang pemimpin harus sekuat mungkin mencegah munculnya musuh, sekaligus menciptakan lingkungan kerja yang teduh dan bersahabat.

10.    Aja dumeh
Pemimpin tidak boleh mentang-mentang, sombong, arogan, tinggi hati, congkak, otoriter, serta harus mengedepankan introspeksi.

11.    Nrima ing pandum
Seorang pemimpin tidak perlu memiliki ambisi yang berlebihan. Jabatan adalah amanah dan tanggungjawab besar, jangan dikejar hanya demi gengsi dan mengejar duniawi. Pemimpin yang baik justru harus lebih menonjolkan sikap syukur dan mau menerima secara ikhlas apapun yang diperoleh melalui usaha dan jerih payah yang maksimal.

12.    Mikul dhuwur mendem jero
Seorang pemimpin yang baik harus selalu berpikir positif atau lebih menonjolkan sisi positif dibanding yang negatif. Ia juga harus pandai menjaga rahasia dan menutupi aib orang lain (terutama anak buah), serta mau mengakui jasa-jasa dan kebaikannya. Hal ini sesuai dengan ajaran agama untuk tidak melakukan ghibah.

13.    Mangan ora mangan asal ngumpul
Pemimpin harus lebih mementingkan kepentingan dan kesejahteraan anggotanya, dibanding kepentingan pribadi dan keluarganya.

14.    Ngono ya ngono ning aja ngono
Dalam melarang, menegur atau memberi petuah, seorang pemimpin harus melakukan secara halus, sesuai dengan hati / perasan manusia yang pada dasarnya lemah lembut. Selain itu, meskipun toleransi adalah hal yang lumrah, namun jangan berharap mendapat toleransi dalam semua hal (njaluk ati ngrogoh rempela).

15.     Nglurug tanpa bala, Perang tanpa tanding, Menang tanpa ngasorake
          Pemimpin yang baik mempengaruhi orang lain tanpa menyinggung perasaan atau menimbulkan rasa malu bagi pihak lain.

16.     Agung Binathara Ambeg Adil Paramarta
          Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin, harus semakin banyak manfaat yang bisa dinikmati orang lain. Pemimpin juga harus berhati jembar (luas), berpikiran temuwa (merangkul semua), serta mengambil keputusan dengan obyektif, arif dan bijaksana.

17.     Sepi ing pamrih rame ing gawe
          Pemimpin yang baik selalu mendahulukan kewajiban dari pada hak, mendahulukan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi. Semua dilakukan karena kesadaran penuh untuk untuk menghasilkan manfaat sebesar mungkin bagi orang lain, bukan karena mengharap pujian atau imbalan.

18.     Sapa salah seleh
          Pimpinan harus tahu diri dan mau mengakui kesalahan / kelemahan bilamana terdapat kekeliruan, serta bersedia meminta maaf (tidak egois).

19.     Tulus Prasaja
          Sederhana dalam hidup dan tidak berlebih-lebihan dalam segala sesuatu. Lebih mengedepankan toleransi dan empati.

20.     Lila Legawa
          Pimpinan harus ikhlas menerima setiap kenyataan, rela berkorban demi sesama, ikut senang melihat kemajuan dan kebahagiaan orang lain.

21.    Hasta brata (surya, candra, kartika, angkasa, dahana, maruta, samudra, bumi)
Seorang pemimpin harus mencerminkan sifat-sifat Matahari (menerangi & menghangatkan lingkungan), Bulan (petunjuk dalam kegelapan), Bintang (pedoman arah), Angkasa (adil tidak pilih kasih), Langit (tegas, berani mengambil keputusan), Angin (memahami aspirasi bawahan & menyejukkan), Laut (pandangan yang luas, jauh kedepan dan mendalam), Bumi (sumber kejujuran, kekuatan, kesuburan).

22.    Weruh sak durunge winarah
Seorang pemimpin harus bijaksana (banyak ilmunya) serta mampu memprediksi kondisi lingkungan dan masa depan organisasi.

23.    Suwarga Nunut Neraka Katut
Apapun hasil yang dicapai organisasi, pemimpin akan trurut menikmatinya (jika baik hasilnya), namun pemimpin juga harus berani menghadapi resiko jabatan (jika hasilnya kurang mengenakkan). Selain itu, kesalahan anak buah sedikit banyak bersumber dari kesalahan pemimpin, maka janganlah jadi pemimpin yang suka ”melempar handuk” atau mencari ”kambing hitam”.

24.    Wanita iku kanca wingking
Pemimpin harus menghormati prinsip pembagian kerja dan pembagian wewenang dalam organisasi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan miskoordinasi.

25.    Becik ketitik ala ketara
Pemimpin harus memiliki kesadaran penuh bahwa setiap kebaikan maupun keburukan akan menuai balasannya. Pemimpin juga harus menjadikan jabatannya sebagai sarana & kesempatan untuk menanamkan kebaikan sebanyak mungkin, serta mencegah keburukan dalam lingkup tanggung jawabnya (amar ma’ruf nahi munkar).

26.    Alon-alon waton kelakon
Pemimpin tidak boleh tergesa-gesa, harus memiliki perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin juga harus memiliki keyakinan thd kekuatan diri sendiri dan yakin pula bahwa apa yang dicita-citakan dan/atau dikerjakan pasti akan terwujud.

27.    Anak polah bapa kepradah
Pemimpin yang baik harus mampu menjabarkan serta mengamankan visi & tugas atasannya, namun juga harus melakukan pembinaan dan memberi nasihat kepada anak buah agar tidak berbuat salah atau menimbulkan masalah.

28.    Rumangsa handarbeni
Pemimpin harus merasa memiliki dan menumbuhkan rasa memiliki di kalangan bawahan, sehingga tumbuh rasa tanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi.

29.    Melu hangrungkebi
Pemimpin harus memiliki kepedulian terhadap maju mundurnya organisasi sekaligus komitmen total untuk membangun organisasi. Pemimpin juga harus mampu menumbuhkan kepedulian bawahan untuk turut memelihara dan mengembangkan organisasinya.

30.    Rawe-rawe rantas malang-malang putung
·         Pemimpin harus rela berkorban dalam menghadapi setiap rintangan / resiko.
·         Pemimpin harus menumbuhkan semangat korps dan kebersamaan bagi seluruh anggota organisasi (Tiji Tibeh = mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh = one for all, all for one).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar