Pengantar
Tujuan akhir dari pembentukan suatu organisasi pada
hakekatnya adalah bagaimana organisasi tersebut dapat memberikan kemanfaatan
sebesar mungkin bagi para pegawai atau manusia pendukungnya. Kemanfaatan ini
dapat berwujud sesuatu yang tangible
atau kelihatan (misalnya tingkat kesejahteraan) maupun yang bersifat intangible atau tidak kelihatan
(misalnya penghargaan terhadap prestasi, pengakuan atas jasa, dan sebagainya).
Sementara itu sangat disadari bahwa untuk dapat memberikan kemanfaatan
semaksimal mungkin, suatu organisasi harus memiliki produktivitas atau
menunjukkan kinerja yang cukup tinggi. Jadi dalam hal ini terdapat hubungan
timbal balik: manusia bekerja keras mencapai produktivitas organisasi, dan
produktivitas organisasi harus diabdikan untuk kesejahteraan dan kemanfaatan
manusia.
Atas dasar pemikiran demikian, maka wajarlah bila suatu
organisasi akan mengarahkan atau memfokuskan seluruh sumber daya yang dimiliki
serta fungsi-fungsi manajemen kepada tercapainya sebesar mungkin produktivitas
organisasi. Sebab, hidup mati maupun eksis tidaknya suatu organisasi akan
sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi tersebut untuk merealisasikan
cita-cita dan tujuannya menjadi kenyataan.
Konsepsi Kinerja / Produktivitas
Dalam ilmu dan praktek manajemen, pengertian kinerja dan
atau produktivitas belum memiliki satu arti yang disepakati. Namun dari
berbagai definisi dan interpretasi mengenai produktivitas, Sumanth (1984: 7) mengemukakan tentang tiga bentuk dasar dari
produktivitas, yaitu:
1.
Produktivitas
parsial (partial productivity),
adalah perbandingan antara output dengan salah satu input. Misalnya
produktivitas tenaga kerja (perbandingan output dengan input tenaga kerja)
adalah ukuran dari produktivitas parsial.
2.
Produktivitas
total faktor (total factor productivity),
adalah perbandingan antara output bersih dengan jumlah dari input tenaga kerja
dan modal. Output bersih diartkan sebagai total output dikurangi dengan biaya
sementara yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa.
3.
Produktivitas
total (total productivity), adalah
perbandingan antara total output dengan keseluruhan faktor input.
Filosofi mengenai produktivitas sendiri mengandung arti
adanya keinginan dan usaha dari masing-masing individu dan unit-unit organisasi
untuk mening-katkan mutu hidup dan kehidupannya. Dalam hal ini, produktivitas
merupakan hasil yang dapat dicapai dari proses produksi dengan menggunakan satu
atau lebih faktor produksi.
Produktivitas biasanya dihitung sebagai indeks, yakni
rasio output (keluaran) dibanding input (masukan) dan dinyatakan dalam
ukuran fisik (physical productivity)
maupun ukuran finansial (financial
productivity). Rasio antara output dengan input tersebut menunjukkan jumlah
keluaran yang diperoleh dari sejumlah masukan. Makin besar nilai tersebut,
berarti produktivitas makin tinggi (Ensiklopedi
Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, 1992: 210).
Dengan demikian, konsepsi mengenai produktivitas tidak
hanya mengacu pada jumlah keluaran, tetapi juga pada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi proses pencapaian produktivitas itu sendiri. Jadi, antara
produktivitas, efisiensi dan efektivitas merupakan kesatuan hubungan yang tidak
dapat saling dipisahkan. Efektivitas berkaitan dengan upaya mencapai sasaran,
sedangkan efisiensi mengarah pada pemanfaatan sumber daya secara maksimal.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat produktivitas yang
diraih suatu organisasi, perlu dilakukan pengukuran-pengukuran. Adapun ukuran
produktivitas dan strategi untuk meningkatkannya akan dijelaskan pada
penjelasan berikut ini.
Penerapan dan Pengukuran Produktivitas
Penerapan konsep produktivitas pada organisasi sektor
publik dan sektor privat atau bisnis menurut Balk seperti dikutip oleh Kasim
(1989: 19) sangat berbeda, dimana konsepsi produktivitas dalam organisasi
sektor privat didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
§ suatu organisasi bisnis adalah suatu badan yang mampu
menentukan nasibnya.
§ Organisasi
yang produktif akan menyingkirkan organisasi yang kurang produktif.
§ Organisasi
harus berkembang supaya dapat bertahan.
§ Kesehatan
organisasi diukur berdasarkan gambaran keuntungan jangka pendek dan jangka
panjang.
§ Kualitas yang rendah akan menyebabkan kerugian.
Jika pada sektor privat indikator yang digunakan dalam
mengukur produktivitas adalah tingkat keuntungan yang dicapai, maka
produktivitas pada organisasi pemerintah lebih banyak diukur dari segi kualitas
hasil yang dihasilkan-nya kepada masyarakat, yaitu sampai seberapa jauh hasil
tersebut sesuai dengan standar yang diinginkan. Standar ini meliputi ciri-ciri
dari output, misalnya berapa unit atau event yang dihasilkan, bagaimana jadual
penyelesaiannya (timeliness), dan
seberapa jauh kepuasan dari klien atau masyarakat yang dilayaninya. Dengan kata
lain, ada beberapa asumsi normatif yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
memahamii produktivitas organisasi sektor publik yaitu sebagai berikut:
§ Organisasi
(institusi) publik tidak sepenuhnya otonom tetapi dikuasai oleh faktor-faktor
eksternal.
§ Organisasi
publik secara resmi (menurut hukum) diadakan untuk pelayanan masyarakat.
§ Organisasi
publik tidak dimaksudkan untuk berkembang atau menadi besar dengan merugikan
organisasi publik yang lain.
§ Kesehatan
organisasi publik diukur melalui kontribusinya terhadap tujuan politik, serta
kemampuan mencapai hasil yang maksimum dengan sumber daya yang tersedia.
§ Kualitas
pelayanan masyarakat yang buruk akan memberi pengaruh politik yang negatif (Kasim, 1989: 20).
Selanjutnya
berbicara masalah produktivitas, jelas tidak bisa dilepaskan dari pengukurannya
(measurements). Pengukuran
produktivitas bertujuan untuk melihat tingkat perubahan produksi barang dan
jasa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Menurut Sardjudin (1995: 124), pengukuran ini bersifat netral, artinya
memberikan informasi yang bermanfaat bagi tujuan analisis kemampuan kerja dan
meneliti faktor-faktor input maupun output tertentu yang menyebabkan kenaikan
atau penurunan produktivitas. Tingkat produktivitas ini dapat digunakan sebagai
standar ukuran efisiensi, dan hasil analisis pengukuran dapat digunakan untuk
memandu upaya efektif dalam memperbaiki pengalokasian sumber daya.
Mengenai
ukuran produktivitas ini, Sumanth
(1984: 57) membaginya kedalam empat level, yaitu ukuran produktivitas pada level internasional, level nasional, level
industrial, serta level organisasi
atau perusahaan. Namun dalam pembahasan thesis ini, produktivitas pada
level perusahaan atau organisasi dipandang paling relevan, sehingga konsep
produktivitas inilah yang akan dikaji lebih mendalam.
Strategi
Peningkatan Kinerja
Masalah
produktivitas ini sangat berhubungan erat dengan masalah kinerja (performance). Kinerja dalam suatu
organisasi dapat dikatakan meningkat jika memenuhi indikator-indikator antara
lain: quality of work (kualitas hasil
pekerjaan), promptness (kelancaran
dan ketepatan waktu), initiative
(prakarsa atau inisiatif), capability
(kecakapan atau kemampuan), dan communication
(komunikasi yang baik dan efektif) (Sedarmayanti,
1995: 53).
Dalam
kerangka teoretis dan praktis untuk mewujudkan kinerja tinggi (high performance) dari suatu kelompok
dalam organisasi, Gordon (1996:
182-190) menawarkan beberapa strategi yang terdiri dari penerapan kegiatan
membangun team (implementing
team-building activities), meningkatkan proses kelompok (improving group process), membangun
kekuatan dari faktor-faktor perbedaan dan lintas budaya (building on the strengths of a diverse and cross-cultural work force),
serta mengurangi konflik-konflik yang tidak diperlukan (reducing dysfunctional conflict).
Strategi
implementing team-building activities
diawali dengan pengumpulan data-data tentang fungsi kelompok dalam organisasi
dengan menggunakan instrumen tertentu, yang paling tidak dapat menjaring lima
aspek yakni misi kelompok (team mission),
pencapaian tujuan (goal achievement),
partisipasi dan pemberdayaan (empowerment),
komunikasi terbuka dan jujur (open,
honest commmunication), serta nilai-nilai dan peran positif (positive roles and norms). Tahap
berikutnya adalah analisis data dan menerapkan hasil analisisnya kepada anggota
kelompok. Dari sini diharapkan setiap anggota kelompok memiliki pandangan
tentang tingkat kinerja mereka saat ini, sehingga dapat menetapkan langkah
berikutnya tentang cara membangun kinerja yang lebih baik.
Pada
tahap berikutnya, strategi improving
group process dapat dilakukan dengan memperbesar usaha-usaha anggota
kelompok, memberikan pengetahuan terhadap tugasnya secara memadai, serta
menggunakan cara yang tepat untuk memelihara kualitas tugasnya. Disamping itu,
upaya meningkatkan fungsi kelompok dapat ditempuh juga melalui pembentukan
konfigurasi yang tepat mengenai tujuan, norma, peran maupun struktur
organisasi. Dan terakhir, upaya untuk meyakinkan bahwa norma-norma yang dianut
akan menghasilkan efektivitas tinggi bagi kelompok, juga menjadi kunci untuk
meningkatkan proses kelompok.
Strategi
ketiga yang dikemukakan oleh Gordon
(1996: 188) adalah membuat perbedaan-perbedaan dalam kelompok yang menyangkut
perbedaan usia, jenis kelamin, bahasa, kepercayaan maupun etnik / budaya,
menjadi keunggulan (advantage)
kelompok organisasi, dan bukannya menjadi penghambat. Beberapa keuntungan yang
dapat dipacu dalam hal ini adalah: increased
number of perspective, multiple interpretations likely, greater openess to new
ideas, increased flexibility and creativity, improved problem solving, improved
understanding of foreign employess or customers.
Adapun
strategi keempat yang disarankan untuk memacu kinerja adalah mengurangi atau
menghilangkan konflik-konflik yang akan menghambat fungsi kelompok atau fungsi
organisasi. Meskipun demikian, ada juga konflik yang dapat meningkatkan
komunikasi serta menggiring kearah pemecahan masalah yang efektif, sehingga
konflik macam ini justru dapat menjadi wahana untuk membentuk tim yang tangguh.
LATIHAN
KASUS
BAGAIMANA KINERJA KELOMPOK ANDA?
Lingkarilah angka disebelah kanan pertanyaan-pertanyaan
dibawah ini atas dasar penilaian Anda terhadap kondisi nyata pada kelompok
Anda. Angka dikanan pertanyaan tersebut memiliki skala sebagai berikut (5 = sangat
setuju; 4 = setuju; 3 = netral; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak setuju)
1.
Setiap
anggota kelompok mengetahui secara pasti mengapa mereka sesuatu yang harus
dilakukannya.
2.
Pimpinan
kelompok secara konsisten mengajak anggotanya untuk mengetahui bagaimana
memenuhi harapan pelanggan.
3.
Setiap
anggota kelompok memiliki hak bicara atas keputusan yang mempengaruhi
pekerjaannya.
4.
Jika
orang lain menjelaskan cara kita berkomunikasi dengan dalam kelompok, mereka
akan mengatakan “terbuka”, “jujur”, “tepat waktu”, dan “obyektif”.
5.
Anggota
kelompok memiliki kemampuan yang menunjang terhadap peran dan tugasnya dalam
kelompok.
6.
Setiap
orang dalam kelompok mengetahui prioritas kelompok.
7.
Sebagai
kelompok, kita bekerja bersama-sama untuk meraih tujuan yang tepat, jelas dan
memungkinkan untuk diraih.
8.
Saya
lebih memilih pimpinan kelompok yang mengajarkan bagaimana cara mengerjakan
sesuatu dari pada yang memberikan instruksi tahap demi tahap.
9.
Sebagai
suatu kelompok, kami dapat bekerja bersama untuk memecahkan konflik yang
destruktif daripada menghindari konflik.
10.
Peranan
setiap anggota kelompok sangat diharapkan untuk membuat kelompok menjadi utuh.
11.
Kelompok
mengetahui bagaimana dia berbuat didalam organisasi.
12.
Jika
kelompok saya gagal mencapai tujuan, saya akan lebih mencari penyebab kegagalan
itu dari pada memarahi dan memberi hukuman kepada anggota kelompok.
13.
Kelompok
memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap pekerjaan, bahkan jika perlu kami
tidak akan pulang sampai pekerjaan benar-benar selesai.
14.
Pimpinan
kelompok selalu mengajak anggotanya untuk bersikap terbuka dan jujur.
15.
Adalah
baik, adanya pertandingan antar anggota kelompok dalam hal kemampuan dan rasa
tanggungjawab.
16.
Setiap
orang dalam kelompok bekerja untuk meraih suatu hal yang sama.
17.
Kelompok
harus memiliki dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi harapan
pelanggan .
18.
Kelompok
mengetahui banyak tentang segala sesuatu yang terjadi atas organisasi seperti
halnya yang diketahui oleh pimpinan kelompok, sebab pimpinan kelompok selalu memberitahukan
segala sesuatu kepada kelompok.
19.
Pimpinan
kelompok percaya bahwa setiap anggota sama-sama memiliki sesuatu sebagai
kontribusinya bagi terwujudnya nilai secara keseluruhan.
20.
Setiap
anggota kelompok tahu persis tentang aturan tidak tertulis tentang bagaimana
berperilaku dalam kelompok.
Dari kuesioner tersebut diatas, isikanlah ke tabel
dibawah ini. Selanjutnya
dari isian tabel akan terlihat dan dapat diketahui sejauh mana efektivitas
suatu kelompok dalam organisasi, serta sejauhmana produktivitas atau kinerja
kelompok tersebut telah dapat tercapai. Artinya,
semakin besar angka penilaian, semakin besar pula kemungkinan tercapainya
efektivitas dan produktivitas / kinerja kelompok.
Thanks infonya. Oiya, ngomongin produktivitas, ternyata ada loh beberapa hal yang ampuh banget bikin kamu jadi lebih produktif dan bahagia. Cek disini ya: 5 Hal ini bikin kamu lebih produktif dan bahagia, segera lakukan!
BalasHapus