“Alam semesta
pada hakekatnya adalah misteri, dan keberadaan manusia pada hakekatnya adalah
untuk memecahkan misteri tersebut”. Barangkali, ungkapan tersebut dapat
dijadikan sebagai ilustrasi terhadap sepak terjang manusia di dunia, sekaligus
sebagai awal perkembangan kegiatan
metodologi sebagai instrumen pendukung aktivitas manusiawi.
Memang kalau
dirunut sampai ke masa awal dunia dan seisinya, segalanya hanya berupa
kegelapan, kekosongan, dan kesia-siaan. Padahal dibalik itu, sesungguhnya
terdapat kecerahan, eksistensi, dan kemanfaatan. Ini berarti, perlu ada suatu
proses perubahan, proses pembalikan, dan proses penciptaan. Dengan kata lain,
perlu ada transformasi dari kegelapan menjadi kecerahan, dari kehampaan menjadi
keberadaan, dan dari kesia-siaan menjadi kemanfaatan. Transformasi harus
dilakukan, sebab ia adalah hukum alam, dan ia adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sejarah peradaban umat manusia. Jadi, transformasi merupakan conditio
sine qua non bagi peradaban ; tanpa transformasi tidak mungkin tercipta
peradaban.
Masalahnya,
bagaimana transformasi tersebut harus dilakukan?
Berabad-abad
lamanya manusia berpikir, berbuat dan melakukan percobaan-percobaan. Maka
jadilah apa yang kita kenal sebagai jaman batu, jaman besi, atau jaman
perunggu, sampai dengan perkembangan jaman teknologi komputer dewasa ini. Kita
kenal pula penemuan-penemuan ilmu dan atau pengetahuan baru seperti aljabar,
algoritma, astronomi, kedokteran, dan sebagainya.
Kalaulah kita
renungkan sekarang, nyatalah bahwa keadaan saat ini telah begitu berbeda dengan
keadaan masa awal dunia tadi. Kondisi aktual dewasa ini jelas lebih baik, lebih
enak, lebih nyaman, lebih bermanfaat, dan lebih segala-galanya. Apa kuncinya?
Transformasi. Oleh karena itu, sekali lagi perlu ditekankan bahwa kita semua –
umat manusia khususnya bangsa Indonesia – harus melakukan transformasi di
segala bidang. Keadaan yang sudah baik dan enak saat ini, harus diolah kembali
agar menjadi sesuatu yang jauh lebih baik dan enak lagi.
Apalagi dalam
situasi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan akhir-akhir ini, proses
transformasi (baca: reformasi) kiranya dapat dipercaya sebagai jembatan untuk
menyeberang kepada situasi yang lebih baik. Ini berarti pula bahwa untuk
memecahkan persoalan (misteri) yang menyelubungi kehidupan masyarakat dan
bangsa Indonesia, agenda yang harus ditetapkan dan atau dilaksanakan adalah
mencari bentuk-bentuk baru dari sistem kehidupan itu sendiri. Keengganan untuk
berubah dari pola lama ke pola baru, hanya akan memperlama proses pembodohan,
pemiskinan dan yang sekarang sedang berlangsung. Dan untuk itu semua, kita
membutuhkan instrumen / perangkat pendukung yang disebut ilmu dan pengetahuan,
lengkap dengan kaidah metodologisnya.
ass....pak. sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-besarnya.
BalasHapussaya sudah cantumkan alamat link bapak dipostingan yang saya unduh sebagai sumber tulisan yang saya posting.
silahkan untuk di liat dulu pak, barangkali ada yang kurang yang mesti saya tambahkan.
tp, klo boleh saya minta, saya tidak apa2 kan pak untuk tetap mem-posting tulisan2 bapak, dan saya berjanji, untuk mencantumkan sumbernya khususnya link bapak ketika saya mengunduh tulisan bapak.
sekali lg saya minta maaf atas kesalahan yang saya perbuat.
dan saya ucapkan terima kasih pula, karena karya tulis bapak menjadi salah satu inspirasi bagi saya dalam menjalankan proses akademik saya.