Artinya
adalah bahwa peranan baru bagi pemerintah hendaknya lebih diarahkan sebagai
pengatur dan pengendali daripada sebagai pelaksana langsung suatu urusan dan
pemberi layanan (steering rather than rowing). Secara implisit hal ini
mengandung pemikiran bahwa pemerintah lebih banyak memberikan peran dan
tanggungjawab kepada swasta dan masyarakat untuk menyelenggarakan urusannya,
baik melalui privatisasi, lisensi, konsesi, kerjasama operasional (BOO, BOT),
dan sebagainya. Dengan kata lain, pemerintah lebih banyak merangkul masyarakat
dan swasta untuk bersama-sama memikul suatu tanggungjawab atau urusan. Sebab,
sebagaimana yang diingatkan oleh Drucker dalam bukunya The Age of Discontinuity
(1968), setiap upaya untuk menggabungkan “memerintah” dengan “melaksanakan”
dalam skala besar, akan melumpuhkan kemampuan pengambilan keputusan.
Disamping
itu, jika urusan-urusan yang sebenarnya bisa diserahkan kepada organisasi
swadaya masyarakat tetap dipegang / dilaksanakan oleh pemerintah, dikhawatirkan
menimbulkan gejala “ketergantungan” masyarakat kepada pemerintah, dimana setiap
permasalahan yang muncul, penyelesaiannya selalu dipasrahkan sepenuhnya kepada
pemerintah, sehingga kreativitas dan semangat inovasi individu menjadi melemah.
Adapun
nilai-nilai baru yang disarankan bagi pemerintah melalui penerapan prinsip
katalistik ini secara lengkap dapat diringkaskan sebagai berikut.
Kata
“pemerintahan” (government) berasal dari sebuah kata Yunani yang berarti
mengarahkan. Tugas pemerintah adalah mengarahkan bukan mengayuh perahu.
Memberikan pelayanan adalah mengayuh, sedang pemerintah tidaklah pandai
mengayuh. Definisi ulang peran pemerintah secara fundamental menurut Latimer
dalam pidato resmi tahun 1986 adalah:
Pemerintah kota
harus melakukan beberapa penyesuaian dan dalam beberapa hal mendefinisikan
kembali peran tradisionalnya. Saya yakin kota akan lebih sering mendefinisikan
ulang perannya sebagai katalisator atau fasilitator. Kota akan lebih seing
berperan mendefinisikan berbagai masalah dan kemudian menyusun berbagai sumber
daya untuk digunakan oleh yang lain dalam menghadapi masalah tersebut ...
Pemerintah kota harus lebih bersedia menjalin sumber daya pemerintah dan swasta
yang langka untuk mencapai tujuan masyarakat kita.
Visi ini berlawanan dengan cara kerja birokrasi /
pemerintah tradisional. Tetapi anggota-anggota kelompok progresif percaya bahwa
pemerintah semestinya memanfaatkan pegawai negeri untuk menghasilkan sebagian besar
pelayanan yang mereka terapkan. Menjelang tahun 1970, sedikit sekali aparatur
yang bisa menyusun cara lain, mereka hanya terbelenggu dengan serentetan pajak
pelayanan. Dan ketika pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan maka terjadi dua
pilihan yakni menaikkan pajak atau tidak. Oleh karena itu, di Washington muncul
para pemimpin yang melepaskan diri dari dilema dengan cara meminjam uang, dan
mereka belajar untuk menyatukan berbagai kelompok masyarakat untuk melaksanakan
suatu pembangunan yang dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan cara
menggalang aksi seluruh masyarakat, bagaimana mengarahkan ketimbang mengayuh.
Dalam kaitan ini, contoh emirik adalah hal yang dilakukan
oleh Walikota Indianapolis, Richard Lugar da Bill Hudnut yang
bekerjasama dengan Greater Indianapolis Progress Committee, untuk
merevitalisasi kota. Dengan kerja sama tersebut mereka memutuskan untuk
menjadikan Indianapolis sebagai ibu kota olah raga amatir Amerika. Contoh lain,
di Lowell, Massachussetts, sebuah kota industri lain yang mengalami depresi
membujuk para bankir untuk menyisihkan seperdua puluh aset kolektif untuk
memberikan pinjaman lunak kepada bisnis-bisnis yang ingin berkembang atau
melakukan relokasi di pusat kota Lowell. Pembangunan dipercayakan kepada Wang
Laboratories untuk membanguan tiga menara kantor di kota, dan pemerintah
bagian untuk membangun Urban Heritage Park (taman pusat kota) yang
pertama di Lowell. Langkah-langkah yang ditempuh di Indianapolis dan Lowell ini
akhirnya banyak diikuti kota-kota lain diantaranya:
1.
Newark,
New Jersey, meminta nasihat kepada beberapa organisasi masyarakat dan prakasa
sektor swasta untuk mengahdapi berbagai masalah dari mulai perumahan, AIDS,
sampai tunamisma.
2.
Massachussetts
menaikkan pendanaan berbagai organisasi no pemerintah untuk memberikan
pelayanan sosial.
3.
San
Fransisco, Boston, dan kota-kota lain memelopori program sambungan (linkage),
dimana setiap korporasi yang ingin membangun gedung harus menyediakan
konpensasi.
Dengan menonjolkan fungsi
pengarahan daripada pelayanan langsung, diharapkan akan tercipta organisasi
birokrasi yang kecil tapi kuat. Sebagaimana
dikatakan Gubernur Lawton Chiles dari Florida, tujuan utama dari
pemerintah adalah menjadi katalisator yang membantu masyarakat dalam memperkuat
infrastruktur warganya. Dengan cara ini pemerintah memberikan wewenang kepada
masyarakat untk memecahkan setiap masalah sendiri. Dengan kata lain, pemerintah
yang memfokuskan pada fungsi “pengarahan”, secara aktif akan membuat lebih
banyak keputusan / kebijakan yang menggerakan lebih banyak lembaga sosial dam
ekonomi, bahkan lebih banyak mengatur daripada merekrut lebih banyak pegawai
negeri.
Sebaliknya, pemerintah yang asyik dengan pemberian
pelayanan sering melepaskan fungsi mengarahkan ini, dan para pemimpin tradisional
menjadi asyik mengauh sehingga mereka lupa mengemudi. Kemampuan mengarahkan
saat ini sangat penting dengan munculnya suatu perekonomian global. Perekonoman
global akan berhasil jika didukung oleh input dengan kualitas teraik yang bisa
diperoleh melalui pengetahuan, riset, modal dan lain-lain.
Dengan alasan demikian, Osborne dan Gaebler
menghendaki agar tugas pemerintah untuk “mengayuh” dan mengarahkan”
dipisahkan. Sebab, dimasa sekarang lembaga pemerintah membutuhkan
fleksibilitas untuk merespon setiap kondisi yang kompleks dan berubah dengan
cepat. Hal ini sulit jika para penentu kebijakan hanya mampu menggunakan satu
metode pelayanan yang dihasilkan oleh birokrasi mereka sendiri.
Menurut Drucker, organisasi yang berhasil
memisahkan manajemen puncak dari operasi, akan memungkinkan manajemen puncak
konsentrasi pada pengambilan keputusan dan pengarahan. Sedangkan
operasi sebaiknya dijalankan oleh staf sendiri, masing-masing memiliki misi,
sasaran, ruang lingkup dan tindakan serta otonomi sendiri. Jika tidak para
manajer akan terkacaukan oleh tugas-tugas operasional dan tidak dapat
menghasilkan keputusan dasar yang bersifat mengarahkan.
Upaya mengarahkan memerlukan orang yang mampu melihat
seluruh visi dan kemungkinan serta mampu menyeimbangkan berbagai tuntutan yang
saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya. Upaya mengayuh membutuhkan orang
yang secara sungguh-sungguh memfokuskan pada satu misi dan melakukannya dengan
baik.
Pemerintahan entrepreneurial semakin menjauhkan upaya
mengayuh dari upaya mengarahkan. Cara ini membiarkan pemerintah beroperasi
sebagai pembeli yang terampil, mendongkrak berbagai produsen dengan cara yang
dapat memcapai sasaran kebijakannya. Manajer penentu kebijakan bebas melakukan
peninjauan terhadap pemberi jasa paling efektif dan efisien, sehingga
diharapkan akan membantu untuk menghasilkan uang yang lebih banyak. Cara ini
dimaksudkan untuk mempertahankan fleksibilitas dalam merespon lingkungan yang
berubah dan memanfaatkan persaingan antara pembeli jasa.
Organisasi pengarah melakukan eksperimentasi dan belajar
dari keberhasilan baik melalui seleksi alam maupun persaingan sektor swasta
yang dapat menguntungkan pemerintah untuk memberikan pelayanan. dan akhirnya
organisasi-organisasi pengarah melakukan peninjauan yang dapat memberikan
solusi yang lebih komprehensif, denga memecahkan akar permasalahannya.
Ketakutan besar dalam memanfaatkan lembaga non pemerintah
untuk mengayuh, tentu saja, adalah karena cara ini akan mengorbankan pekerjaaan
dari banyak pegawai negeri. Namun sesungguhnya, pegawai negeri tidak
harus menjadi korban pemerintahan entrepreneurial tetapi sebaliknya yakni yang
dapat diuntungkan. Hal ini terjadi karena adanya kebebasan untuk menggunakan
pikiran dan untuk mendapatkan peluang untuk bekerja.
Dalam kerangka ini, yang penting adalah bagaimana
menciptakan organisasi pengarah? Organisasi pengarah ini diharapkan
melaksanakan fungsi penetapan kebijakan, pemberian dana kepada badan-badan
operasional (pemerintah dan swasta) dan menilai kinerja. Adapun pada
kenyataannya, anggota dari organisasi pengarah dapat diambil dari sektor
pemerintah maupun swasta, misalnya:
·
Dewan-dewan
industri swasta yang ditetapkan UU Kemitraan Pelatih Kerja Pusat menyatukan
pemimpin rakyat dan swasta daerah untuk bersama-sama mengelola kegiatan.
·
Ohio
menggunakan dewan daerah untuk mengelola pelayanan kesehatan mental pasien
rawat jalan dan keterbelakangan mental.
·
Di
Pittsburg, Komisi Penasihat tentang masalah tunawisma, yang terdari dari
pemerintah, universitas, masyarakat, para pemimpin agama, mengkoordinir respon
kota terhadap masalah tunawisma.
·
Oklahoma
Futures, yang menyatakan diri sebagai Dewan Perencanaan Pembanguan Ekonomi
Pusat untuk Negara Bagian Oklahoma, mempunyai rencana strategis lima tahun yang
menguraikan berbagai tindakan yang diharapkannya lebih dari 25 organisasi
terpisah dari AFL - CIO sampai Departemen Pendidikan negara bagian.
Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakekatnya antara
sektor pemerintah dan swasta mempunyai tujuan yang sama tetapi kedua sektor
tersebut mempunyai dunia yang berbeda. Karena keduanya mempunyai prinsip
birokrasi yang berbeda, dimana urusan bisnis semestinya tidak mempunyai
kepentingan dengan pemerintah dan pemerintah tidak berhak untuk ikut campur.
Dalam perkembangan dunia yang terus berkembang secara pesat muncul organisasi
nirlaba atau sukarela untuk membantu kegiatan-kegiatan baik dari sektor swasta
maupun pemerintah. Maka para sukarelawan inilah yang di sebut sektor ketiga.
Sektor ketiga sebenarnya adalah mekanisme masyarakat yang lebih disukai untuk
menyediakan barang kolektif. Sektor ketiga sudah ada lama sebelum sebagian
besar pelayanan pemerintah ada. Ia mengatasi masalah-masalah sosial sebelum
pemerintah mengambil alihnya.
Untuk mempercpat terwujudnya pemerintahan katalis, upaya
swastanisasi perlu dikembangkan, namun tetap harus diingat bahwa hanya aspek
pelayanan saa yang dapat dikontrakkan ke sektor swasta, sedangkan
kepemerintahan (governance) tidak. Kita dapat menswastakan
fungsi-fungsi pengarah yang terpisah, tetapi tidak keseluruhan proses
kepemerintahan. Swasta dapat melakukan beberapa hal lebih baik dari pemerintah,
begitu pula pemerintah dalam beberapa hal akan lebih baik dari swasta. Sektor
pemerintah lebih baik dari swasta misalnya dalam hal-hal: manajemen
kebijakan, regulasi, menjamin keadilan, mencegah diskriminasi atau Eksploitasi,
serta menjamin kesinambunagn dan stabilitas pelayanan. Sementara swasta
biasanya lebih baik dalam menangani pelaksanaan tugas-tugas ekonomi, inovasi,
mengulangi pengalaman yang berhasil, mengadaptasi perubahan yang pesat,
menghentikan kegiatan-kegiatan yang tidak berhasil dan usang, serta
pelaksanakan tugas-tugas yang kompleks atau bersifat teknis. Adapun sektor
ketiga biasanya berhasil dalam hal menuntut belas kasih dan komitmen kepada
individu, mengharuskan kepercayaan yang besar pada pihak pelanggan dan klien,
membutuhkan perhatian pribadi secara bersama, serta melibatkan pelaksanaan
peraturan moral serta tanggung jawab individu atas perilaku.
Dengan demikian menyerahkan pelaksanaan layanan masyarakat
ke tangan swasta, dapat lebih efektif, efisien, adil maupun bertanggungjawab.
Tetapi kita tidak boleh salah menduga terhadap ideologi besar untuk
menswastakan pemerintahan. Ketika pemerintah menjalin kontrak dengan bisnis
swasta, kalangan konservatif dan liberal sering berbicara atau melontarkan
kritik seolah-olah pemerintah mengalihkan tanggung jawab negara yang
fundamental ke sektor swasta.
Rasanya kita belum mengikuti pergerakan dunia, belum ada tanda pergeseran peran pemerintah kearah katalisator, mempercepat dan meningkatkan proses, yang ada malah meningkatkan peran sebagai produsen besar, makin banyak menghisap sumber daya melalui peningkatan pajak, tarif, hutang. Jauh berbeda dengan Vietnam, saya dengar banyak kemudahan usaha yang diberikan pemerintah, tak heran jika banyak industri besar dunia beeprosuksi disana.
BalasHapus