Saya menyadari salah satu
kelemahan saya dalam menulis adalah cukup seringnya saya tidak menuntaskan ide.
Tulisan ini adalah satu diantaranya. Bagi saya, sebuah ide yang sudah diniatkan
untuk ditulis namun belum juga dilakukan, ibarat selilit yang nyempil diantara
gigi kita, terutama setelah makan daging atau sayuran.itulah sebabnya, saya
bersihkan otak saya dengan memaksa menuliskan ide sederhana ini. Sambil menunggu
anak-anak saya bangun dari tidurnya, dari pada sekedar bengong lebih baik saya manfaatkan waktu secara produktif.
Ide saya ini
bermula dari kebiasaan naik bus Trans BSD. Bus ini sering dikatakan sebagai feeder Busway atau Trans Jakarta. Artinya,
bus Trans BSD mengambil dan mengantarkan penumpang dari wilayah pinggiran
Jakarta, dengan cara membangun interkoneksi dengan halte-halte Trans Jakarta. Penumpang
yang turun dari Trans BSD bisa melanjutkan perjalanan dengan Trans Jakarta,
begitu pula sebaliknya. Trans Jakarta sendiri terdiri dari 12 koridor besar
yang menghubungkan titik awal dan titik akhir, dengan melewati beberapa titik
penghubung secara bolak-balik (tound trip).
Koridor 1 misalnya, adalah jalur Kota – Blok M, yang lemewati titik-titik
pemberhentian di Glodok, Mangga Besar, Sawah Besar, Harmoni, Monas, BI,
Sarinah, Budaran HI, Dukuh Atas, Setiabudi, Karet, Benhil, Polda Metro, Gelora
BK, Bundaran Enayan, dan Masjid Agung.
Masing-masing
koridor sesungguhnya adalah sebuah network
atau sub-sistem dalam sistem transportasi Trans Jakarta. Selanjutnya, antara 1
koridor dengan koridor lainnya juga memiliki persinggungan. Sebagai contoh,
halte Harmoni tidak hanya dilalui oleh koridor 1, namun juga oleh koridor 2
(Harmoni – Pulo Gadung,), koridor 3 (Kalideres – Pasar Baru), koridor 8 (Lebak
Bulus – Harmoni), dan seterusnya. Dengan demikian, dari 12 koridor tadi tidak
hanya terbentuk 12 sub-sistem transportasi, tapi juga membentuk sistem besar
transportasi Trans Jakarta. Jika dilihat dalam bentuk gambar, maka ke-12
koridor dengan saling keterkaitannya tadi akan membetuk sebuah peta (roadmap). Diluar sistem besar Trans
Jakarta tadi, masih ada lagi sub-sub sistem pendukung, yakni ratusan trayek bernama
feeder busway, yang salah satunya
adalah Trans BSD. Dengan adanya sub-sistem feeder
tadi, maka jaringan transportasi bermoda bus menjadi semakin luas dan
terintegrasi.
Nah, menulispun
menurut saya bisa dianalogikan dengan sistem transportasi bermoda bus tadi. Dalam
sebuah karya tulis, seorang penulis tentu memiliki gambaran ide baik yang sudah
terstruktur maupun masih acak dan kabur. Maka, untuk memudahkan alur dan logika
penulisan, penulis dapat membuat kerangka besar (analog dengan sistem besar
transportasi Trans Jakarta), yang mungkin saja tersusun atas beberapa kerangka yang
lebih kecil/spesifik (analog dengan koridor busway),
yang berisi tentang pokok masalah (analog dengan titik awal/keberangkatan) dan strategi
solutifnya (analog dengan titik akhir/kedatangan). Jika penulis tadi dapat menulis
dengan tuntas satu saja pokok masalah hingga solusinya, itu pasti akan menjadi
sebuah tulisan yang menarik dan mengalir.
Namun jika
penulis memiliki kompleksitas gagasan, dimana terdapat cukup banyak
permasalahan yang ingin dipecahkan serta banyak alternatif yang bisa dipilih,
dan diantara masalah tadi membentuk komplikasi yang rumit, maka penulis harus
memiliki kerangka yang lebih luas dan terintegrasi. Dalam hal ini, penulis
perlu membuat “roadmap”, atau lebih tepatnya mind-map yang berisi konsep-konsep yang akan dielaborasi dalam
tulisan dan hubungan kausalitas antar konsep tersebut. Mind-map ini akan sangat membantu penulis dalam menghasilkan sebuah
karya tulis yang logis, sistematis, atau terstruktur. Ini juga bermanfaat misalnya
untuk menentukan titik awal penulisan, mengingatkan tentang konsep yang harus
dibahas, dan seterusnya. Disamping konsep-konsep utama yang sudah tergambar
dalam mind-map, tentu saja seorang
penulis dapat memperkaya wawasan melalui feeder
dari sumber yang berbeda, pendapat kolega, dan sebagainya. Feeder ini tidak perlu masuk dalam mind-map besar, namun menjadi faktor
yang lebih menjelaskan kerangka besar secara lebih utuh dan komprehensif.
Itulah yang
saya maksudkan bahwa menulis itu seperti bus Trans Jakarta. Sekarang saatnya
saya kembali menunggu anak kembar saya, M. Mizan Abdurrahman dan M. Nizam
Abdurrahim, yang masih tertidur lelap, dan menyiapkan susu agar telah tersedia
saat keduanya bangun sebentar lagi. Oh, betapa indahnya dunia …
Villa Melati
Mas M6-12A, Serpong
Tangerang
Selatan, 27 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar