Sabtu, 25 Juni 2011

Tentang Guru atau Widyaiswara ...


Pada suatu sessi, Widyaiswara Penuntun kami, Bapak Suwaris, mengungkapkan bahwa “An ordinary teacher can only tell; A good teacher can explain; An exellent teacher can demonstrate; A great teacher inspires. Saya mendukung sekali prinsip tersebut, terutama dalam konteks pembelajaran untuk orang dewasa. Model dan gaya belajar orang dewasa tentunya lebih tepat diarahkan kepada generative learning yaitu proses belajar yang mengembangkan dan menciptakan, dari pada sekedar adaptive learning atau proses belajar yang bertujuan untuk menyerap atau menyesuaikan diri terhadap materi pembelajaran.

Oleh karena itu, sedikit aneh rasanya jika seseorang yang telah meraih gelar akademik minimal sarjana (bahkan banyak yang sudah S3) dan menduduki jabatan cukup tinggi masih menuntut diajar dengan pola didaktik yang detil dan tidak menyisakan ruang bagi si pembelajar untuk belajar lebih dalam secara mandiri. Maka, guru yang menginspirasi adalah guru yang mampu menumbuhkan rasa penasaran dan hasrat yang menggebu bagi muridnya untuk menggali lagi pengetahuan dari berbagai sumber dan dengan berbagai metode.

Cara seperti inilah yang sering dipraktekkan para pendekar kungfu dalam menurunkan ilmunya. Ia membiarkan muridnya untuk memecahkan misteri tertentu atau berkelana mencari pengalaman. Esensinya, ilmu tidak dapat diperoleh secara instan, namun harus diperjuangkan melalui proses yang panjang dan mendaki, berduri, bahkan hingga berdarah-darah. Dalam filosofi masyarakat Jawa disebutkan bahwa ngelmu iku kalakone kanthi laku. Artinya ilmu hanya dapat dicapai dengan berbagai laku seperti prihatin, tirakat, pasa (puasa), semedi (meditasi), hingga ngebleng (tidak makan minum selama berhari-hari).

Sayangnya, banyak orang yang ingin belajar secara pragmatis, yakni mendapat ilmu secara cepat dan mudah dengan pengorbanan yang minimal. Orang dengan tipe ini akan senang sekali jika guru memberi penjelasan secara rinci dan jelas, dan cenderung mengeluh ketika guru terkesan mengambang dalam setiap penjelasannya. Dalam situasi seperti ini, dia tidak segan-segan menilai bahwa sang guru tidak menguasai materi, tidak mampu mentransfer ilmu, dan sebagainya. Padahal, dengan pengajaran yang sangat rinci dan sangat jelas, akan menimbulkan kepuasan murid. Kepuasan murid ini secara tidak disadari akan menutup curiosity-nya terhadap hal-hal lain diluar materi yang telah diajarkan sang guru. Sebaliknya, guru yang hanya memberi kunci-kunci untuk membuka gerbang pengetahuan seringkali tidak memuaskan siswanya. Namun pada hakekatnya, dia sedang mengajari kita cara menemukan ilmu, bukan sedekar memberikan ilmunya.

Maka, berbahagialah ketika kita mendapatkan guru atau widyaiswara yang baik, namun bersyukurlah saat mendapatkan guru atau widyaiswara yang menginspirasi … Terima kasih pak Waris yang telah merangsang banyak inspirasi bagi kami.

Kampus Pejompongan Jakarta
Rabu, 22 Juni 2011

Tidak ada komentar: