Kata Pengantar
Untuk Buku
“ASEAN:
Satu Komunitas, Satu Identitas”, karya Ratnaningsih Hidayati
Suatu ketika, Steve Jobs
mengungkapkan sebuah pernyataan yang sangat hebat, yakni Innovation is the only way to win. Inovasi, menurutnya, adalah
satu-satunya cara untuk menjadi pemenang dan memenangkan sesuatu. Saya sangat yakin,
bahwa apa yang dimaksudkan Steve Jobs dengan pernyataannya adalah bahwa inovasi
merupakan strategi terbaik untuk membuat diri kita sebagai pihak yang paling
diuntungkan dalam iklim kompetisi.
Tahun 2015 ini, pernyataan Jobs
semakin terasa urgensinya. Pada akhir tahun ini, seluruh negara anggota ASEAN
akan tergabung dalam ikatan masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Sebagaimana
masyarakat Uni Eropa, masyarakat ASEAN adalah integrasi sistem ekonomi,
politik, dan sosial budaya lintas negara, yang mensyaratkan dihapuskannya
hambatan-hambatan tariff maupun non-tariff.
Dalam masyarakat dimana tingkat
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, serta penguasaan teknologi relatif
merata, maka persaingan terbuka antar kelompok tidak menimbulkan kekhawatiran
yang berarti. Namun jika masih terjadi kesenjangan sosial ekonomi maupun digital divide antar kelompok tersebut,
maka kecederungan adanya dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya
menjadi ancaman yang serius untuk keberlangsungan komunitas tersebut. Antar
kelompok akan mendapat manfaat tidak seimbang, yang dapat membuat kesenjangan
semakin parah dan tujuan dibentuknya masyarakat ASEAN tidak terwujud.
Untuk bangsa Indonesia yang
menurut berbagai kalangan tidak begitu siap menghadapi arus bebas barang dan
jasa dari negara tetangga, kemampuan berinovasi menjadi kata kunci untuk tetap
bisa berdiri tegak secara terhormat di depan kompetitornya. Bangsa Indonesia
harus mampu melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh bangsa lain, mampu berpikir
yang tidak terpikirkan oleh pihak lain, dan berani melakukan sesuatu yang
berbeda dan melawan mainstream. Sebagai contoh, jika Thailand atau Malaysia
lebih menggarap aspek perdagangan sebagai bagian dari pilar ekonomi, Indonesia
mungkin lebih baik fokus pada bidang pariwisata, seni-budaya, dan industri
kreatif sebagai pilar sosial budaya.
Dalam rangka mendorong semua
pihak untuk mampu berpikir kreatif dan inovatif menyikapi berlakunya ASEAN
Community inilah, buku karya Sdri. Ratnaningsih ini menjadi sangat relevan.
Dalam profesinya selaku Widyaiswara terutama pada agenda inovasi, berbagai
aspek dan praktek pemberlakuan Masyarakat ASEAN bisa diangkat sebagai studi
kasus yang menarik tentang bagaimana sebuah negara memenangkan persaingan
melalui inovasi. Inovasi bukan lagi menjadi pilihan, melainkan sebuah keharusan
jika kita ingin keluar dari kinerja kebangsaan yang biasa-biasa saja dan
beralih kepada kejayaan yang lebih hakiki.
Jakarta, 17 April 2015
Deputi Inovasi Administrasi
Negara LAN-RI
Tri Widodo W. Utomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar