Pengantar
Menulis
pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang dapat dengan mudah dilakukan oleh
setiap orang (terutama bagi yang telah bebas B3: Buta Huruf, Buta Aksara dan
Buta Pengetahuan Dasar). Namun kenyataannya, banyak orang yang mengaku tidak
bisa atau tidak pandai menulis, meskipun dia adalah seorang sarjana. Hal ini
dapat dipahami, sebab menulis bukan semata-mata aktivitas untuk merangkaikan
huruf menjadi kata, dan merangkaikan kata menjadi kalimat. Lebih dari itu,
menulis adalah upaya merangkaikan ide, gagasan dan atau pemikiran kedalam
kalimat secara permanen, sehingga dapat dimengerti / dipahami oleh pihak lain,
bahkan dapat digunakan untuk mempengaruhi ide, gagasan dan atau pemikiran orang
lain.
Dengan
demikian, dapat dikatakan pula bahwa menulis merupakan suatu aktivitas yang gampang-gampang susah. Artinya, untuk
sekedar memindahkan ide, gagasan, atau bahasa lisan kedalam bahasa tertulis,
adalah sesuatu yang cukup mudah. Namun untuk mampu menyusun sistematika
pemikiran, penggunaan ejaan dan tanda baca yang baik, serta kedalaman dan
ketajaman materi, adalah sesuatu yang sangat sulit. Untuk itu, keterampilan dan
kemampuan menulis harus terus dibina / dilatih dengan disertai pengetahuan dan
kemampuan yang memadai dalam aspek-aspek yang terkait dengan penulisan.
Disamping
itu, dalam era informasi dan komunikasi canggih saat ini, kemampuan menulis
sangat dibutuhkan oleh seluruh profesi yang ada. Oleh karena itu, meskipun
sistem informasi dan komunikasi dewasa ini cenderung semakin paper-less, namun kemampuan menulis
tidak mungkin dapat diabaikan, apalagi dihilangkan.
Menulis
Sebagai Proses Kreatif
Menulis
dapat dikatakan sebagai suatu proses kreatif. Artinya, menulis merupakan
kegiatan yang mengandalkan kepada kemampuan pikir (intelektual) yang tidak
dimiliki sembarang orang. Disamping itu, suatu tulisan yang baik harus pula
melalui proses untuk mengorganisasikan ide atau gagasan, serta fakta-fakta yang
ada, sehingga tulisan tersebut dapat dipahami secara jelas, sistematis, serta
mampu memenuhi tujuannya. Dan akhirnya, dalam menulis-pun dibutuhkan
keterampilan untuk mengolah data maupun berbagai referensi yang dapat mendukung
dan memberi bobot lebih pada tulisan yang kita susun.
Selanjutnya
dari proses tersebut, masih dibutuhkan pengetahuan dan atau kemampuan lain,
yakni metode atau teknik penulisan. Dengan dua macam kemampuan ini, barulah
dapat dihasilkan sebuah tulisan, baik kategori ilmiah maupun non ilmiah. Dengan kata lain, hanya orang-orang
kreatiflah yang akan dapat menjadi penulis yang baik.
Dalam
kaitan ini, untuk dapat menjadi seorang penulis yang baik, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah perbanyaklah
membaca. Sebab, dengan banyak membaca ini, paling tidak akan didapatkan
tiga keuntungan sebagai berikut:
1. Dengan
banyak membaca, seseorang dapat memperkaya ide dari berbagai sumber informasi.
Dan semakin banyaknya dimiliki ide ini, seseorang akan semakin mampu memilah
ide yang perlu dan up to date, atau
ide yang tidak perlu, usang dan out of
date.
2. Dengan
banyak membaca, seseorang akan dapat mengetahui selera pembaca. Dan kemampuan
mengetahui selera pembaca akan memungkinkan seseorang untuk mengarahkan
tulisannya sesuai selera dan keinginan pembaca. (contoh: selera pembaca
“Femina” dan “Gatra” tidaklah sama).
3. Dengan
banyak membaca, seseorang dapat belajar mengenai bagaimana seorang penulis
menyampaikan dan mengorganisasikan ide atau gagasan, menyusun kalimat yang
efektif, dan sebagainya.
Tahapan
Menulis
Bagi
seseorang yang telah terbiasa menulis, tahapan-tahapan yang dilaluinya sering
tidak teratur. Misalnya, begitu ada ide atau gagasan yang muncul tentang suatu
fenomena, dia langsung menuangkan secara analitis dalam tulisan, dan setelah
itu baru mencarikan konteks (latar belakang) yang sesuai dengan ide atau
gagasannya tersebut, atau memperkaya dengan bahan-bahan pembanding lainnya.
Akan tetapi bagi seseorang yang belum terbiasa menulis, beberapa tahapan
dibawah ini dapat membantu untuk mempermudah penulisan.
Dalam
hal ini, menurut Semi (1990: 11-15); Karim (1989: 5-6); Widyamartaya (1978:
9-14), tahapan menulis dapat disusun sebagai berikut.
1.
Memunculkan
gagasan
Oleh
karena tulisan merupakan kumpulan gagasan, maka tidak ada tulisan yang tidak
mengandung gagasan. Sehubungan dengan hal tersebut, langkah pertama adalah
mencari, menggali dan atau memunculkan gagasan.
Selanjutnya
apabila ide / gagasan telah muncul, perlu dilakukan pencatatan terhadap setiap
ide yang muncul (seringkali datang dengan seketika). Ide yang muncul pertama
kali ini dapat disamakan dengan inspirasi atau ilham, yang tentu saja belum
tersusun secara sistematis. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan
sistematisasi, sekaligus untuk membantu ingatan, maka apapun, kapanpun dan
dimanapun gagasan / ide muncul, hendaknya langsung dituangkan kedalam catatan
kecil.
Adapun
gagasan, ide atau masalah ini dapat diperoleh atau digali melalui empat sumber,
yakni:
a.
Pengalaman
Setiap
peristiwa yang menimpa seseorang (misalnya mendaki gunung, hidup masa muda di
pedesaan, susahnya mencari pekerjaan, menolong kecelakaan, dan sebagainya)
dapat dimanfaatkan sebagai sumber ide, khususnya dalam segi-segi yang menarik,
dan bukan semata-mata proses kejadian dari peristiwa tersebut.
b.
Pengamatan
Banyak
peristiwa yang terjadi disekeliling kita yang sifatnya sekali terjadi (einmalig) atau berulang (siklis). Terhadap peristiwa tersebut,
seringkali dibiarkan dan diabaikan begitu saja terjadi. Namun bagi orang-orang
tertentu peristiwa tersebut mungkin menarik perhatiannya, sehingga selalu
diikuti dan diamati, dengan disertai pertanyaan-pertanyaan: mengapa terjadi,
kapan telah terjadi dan akan terjadi lagi, apa tanda-tanda kejadiannya, dan
sebagainya. pengamatan terhadap sesuatu yang melekat atau menyertai peristiwa
tertentu ini dapat disebut sebagai fenomena atau gejala. Contoh: mengapa di
musim kemarau banyak terjadi perceraian di Kuningan, Indramayu dan sekitarnya;
mengapa produktivitas organisasi mengalami penurunan. Berbagai hasil pengamatan
inilah yang bisa dijadikan sebagai sumber atau bahan tulisan.
c.
Imajinasi
Pengalaman
dan pengamatan berangkat dari sesuatu yang riil dan konkrit, sedangkan
imajinasi adalah penggambaran tentang sesuatu yang semu / maya dan abstrak.
Namun imajinasi dapat pula dibentuk oleh pengalaman atau pengamatan, yang
kemudian diberi nilai-nilai yang “abstrak” tadi. Contoh: kehidupan di penjara
adalah konkrit bagi nara
pidana, namun kitapun dapat mengimajinasikan hidup dan tinggal di penjara.
Inilah salah satu sumber / bahan penulisan, yang membutuhkan daya khayal
tinggi.
d.
Pendapat
/ Keyakinan
Pendapat
biasanya bersifat subyektif, yang menunjukkan sikap atau pandangan seseorang
terhadap obyek tertentu. Misalnya adalah pendapat tentang kelakuan / perilaku
selebritis, tentang keindahan suatu lukisan, tentang kebijakan yang ditempuh
pemerintah dibidang ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, seseorang juga
mempunyai keyakinan, misalnya tentang sesuatu yang gaib, tentang akan
terjadinya letusan gunung merapi, dan sebagainya. adanya pendapat dan keyakinan
ini dapat dijadikan sebagai sumber atau bahan tulisan.
2.
Pengumpulan
Informasi
Langkah
berikutnya adalah mengumpulkan informasi dan data yang relevan dengan topik
atau pokok bahasan yang akan ditulis. Hal ini diperlukan untuk memperlengkap
dan memperkaya bahan penulisan, sehingga dapat dihindari pengungkapan dan isi
tulisan yang monoton. Data dan informasi ini dapat berupa gambar, angka
statistik, grafik, pendapat para pakar, dan sebagainya.
3.
Penetapan
Tujuan
Penetapan
tujuan tulisan merupakan tahap yang cukup penting, sebab tujuan penulisan
sangat berpengaruh terhadap bentuk, panjang dan cara penyajian tulisan. Tujuan
ini dapat berdiri sendiri, tetapi lebih sering merupakan gabungan dari beberapa
tujuan. Adapun tujuan yang biasanya dimiliki oleh penulis adalah sebagai
berikut:
§ Memberikan arahan,
yakni memberi petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu, misalnya
cara menjalankan mesin.
§ Menjelaskan sesuatu,
yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang sesuatu yang harus diketahui
orang lain, misalnya manfaat olah raga bagi kesehatan jantung, pentingnya
lingkungan hidup.
§ Menceritakan kejadian,
yaitu memberikan informasi tentang sesuatu peristiwa yang berlangsung disuatu
tempat dan suatu waktu, misalnya tentang perjuangan P. Diponegoro, kerusuhan
dan penjarahan di Jakarta .
§ Meringkaskan,
yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menadi lebih singkat.
§ Meyakinkan,
yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan, mempengaruhi dan atau mempengaruhi
pendapat dan sikap orang lain.
Berikut ini dikemukakan be berapa contoh
tulisan singkat, dan Anda diminta untuk menentukan jenis tujuannya.
4.
Perancangan
Tulisan
Merancang
tulisan diartikan sebagai kegiatan penilaian kembali informasi dan data,
pemilihan sub topik, penetapan bentuk / panjang tulisan, serta penulisan outline / bagan atau plot karangan atau tulisan.
Bagan,
otline atau plot dari tulisan ini dapat menggunakan beberapa pola, antara lain:
DAM-D, D-S-D, PMT, 5W + 1H, dan T-A-S.
5.
Penulisan
Ini
dapat dikatakan sebagai tahap terpenting dari proses penulisan secara keseluruhan.
Dalam tahap ini, jangan dilupakan tentang hal-hal: tujuan penulisan, sasaran
pembaca, pemilihan kalimat yang efektif, dan sebagainya.
6.
Penyuntingan
/ Revisi
Setelah
draft tulisan selesai, ada baiknya kita baca ulang dalam kedudukan kita sebagai
pembaca. Dari proses baca ulang ini bisa jadi akan ditemukan kesalahan atau
kejanggalan, baik dalam hal tanda baca, kesinambungan antar paragraf, akurasi
data, efektivitas kalimat (apakah terjadi pengulangan yang tidak perlu), dan
sebagainya. Jika ternyata ada kesalahan atau kejanggalan ini, maka perlu
diadakan perbaikan / revisi. Proses perbaikan setelah selesai tersusun draft
tulisan inilah yang disebut editing
atau penyuntingan.
Prinsip
Penulisan
Untuk
dapat menghasilkan tulisan yang baik dan menarik, lugas dan tuntas, serta enak
dibaca dan perlu, maka seorang penulis harus memperhatikan prinsip penulisan.
Menurut Carl Goeller (dalam Semi, 1990: 16), suatu tulisan hendaknya memenuhi
prinsip ABC (Acuracy, Brevity, Clarity),
atau akurat, singkat dan jelas.
Tulisan
yang akurat, artinya segala sesuatu
yang dikemukakan dalam tulisan memberi keyakinan
kepada pembaca, karena informasi atau gagasan yang disampaikan adalah sesuatu yang masuk akal, atau dirasakan
sebagai sesuatu yang benar.
Nama-nama atau data yang dikemukakan dituliskan
dengan tepat, dan tidak ada pernyataan yang terlalu luas dan umum, sehingga
dapat dipahami dengan mudah serta tidak menimbulkan prasangka.
Tulisan yang singkat,
artinya tulisan itu hanya menyatakan apa yang perlu dan patut dikatakan, dan tidak melebih-lebihkan suatu fakta. Penggunaan
bahasa juga tidak menimbulkan kesan
menggurui, dan cukup menggunakan kata-kata yang secara umum telah banyak
diketahui banyak orang.
Tulisan
yang jelas, artinya tulisan itu mudah dipahami pembaca, seolah-olah ia
sedang berhadapan dengan penulis. Dengan kata lain, tulisan yang jelas adalah
tulisan yang bagi pembaca dinilai informatif
dan komunikatif. Prinsip-prinsip ini dapat diukur dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Beberapa Kendala yang Muncul Dalam Menulis
1.
Kurang
percaya diri.
Ketika
dihadapkan pada suatu kasus yang harus dianalisa / dipecahkan – apalagi secara
tertulis – sebagian besar orang selalu berpikir bahwa “saya tidak bisa”. Lebih-lebih jika dalam komunitas lingkungannya
terdapat satu atau beberapa orang yang bisa menulis, maka ia cenderung
menyarankan agar orang itulah yang mengerjakan tugas. Padahal orang yang bisa
menulis belum tentu merasa lebih pandai dibanding temannya. Disamping itu,
bentuk rasa kurang percaya diri dapat terlihat bahwa seseorang malu jika tulisannya dibaca orang lain.
Kerugian dari kendala ini adalah bahwa ia tidak akan segera tahu kelemahannya;
dan kalaupun ia mengetahuinya maka ia kurang terpacu untuk memperbaiki
kelemahannya tersebut.
2.
Kesulitan dalam menentukan kata pembuka atau kata
permulaan.
Ide /
gagasan yang menumpuk di kepala, kadang begitu sulit ditransfer dalam bentuk
tertulis. Seorang orator ulung, belum tentu seorang penulis yang baik;
sebaliknya, seorang yang kurang mampu berdebat secara sistematis, belum tentu
tidak memiliki kemampuan untuk menulis secara baik. Sebab, suatu ide / gagasan
dapat ditransfer melalui dua macam cara, yakni secara lisan dan secara
tertulis. Idealnya, setiap orang memiliki kedua jenis kemampuan ini. Kesulitan
dalam menentukan kata pembuka ini sama artinya dengan kebingungan dalam
menentukan pijakan awal tulisan. Padahal, ketepatan dalam menentukan kata
pembuka ini akan menentukan minat pembaca untuk mengetahui seluruh isi tulisan.
3.
Ketajaman
analisis yang kurang.
Sering
terjadi bahwa suatu analisis tertulis tidak mampu mendekati permasalahan secara
komprehensif (dari berbagai sudut pandang / aspek). Suatu kajian yang khusus
dilihat dari aspek tertentupun (ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya),
sering dinilai “dangkal atau sempit”.
4.
Alur
pikir kurang jelas.
Tidak
jarang terjadi bahwa suatu tulisan yang cukup panjang (10 halaman atau lebih)
ternyata tidak mengandung pesan (message)
tertentu sebagai gagasan pokok (main idea)
si penulis. Lebih dari itu, isi alinea yang satu dengan alinea yang lain
seperti berdiri sendiri dan tidak ada kaitan. Dalam keadaan demikian, tentulah
seorang pembaca akan kesulitan memahami keinginan dan jalan berpikir atau alur
pikir si penulis.
5.
Sering terjadinya pengulangan kata / kalimat.
Sering
kita temui, dalam satu tulisan – bahkan dalam satu kalimat – terjadi
pengulangan kata yang tidak perlu. Hal ini selain kurang menarik, juga tentu
saja memperlihatkan kepada pembaca bahwa si penulis kekurangan kosa kata
(perbendaharaan kata). Dalam keadaan demikian, dapat dipastikan bahwa pembaca
kurang tertarik, dan akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca
tulisan tersebut.
Beberapa
Saran Untuk Mengatasi Kendala Dalam Menulis
1.
Tingkatkan
rasa percaya diri
Ingatlah
kata klasik yang mengatakan bahwa “jika orang lain bisa, maka saya-pun pasti
bisa”. Jangan sekali-kali berpikir bahwa “tulisan saya harus bermutu /
berbobot”. Perlu diketahui bahwa tidak ada penulis besar yang “jadi” dengan
tiba-tiba. Pada tahap awal, semua calon penulis mengalami ‘sindrom’ ini.
Perlu
diketahui bahwa dikaitkan dengan mutu / bobot tulisan, pada dasarnya tidak ada
seorang penulis-pun yang merasa tulisannya dapat dinilai baik. Bahkan sering
terjadi si A menilai tulisan si B lebih baik dibanding tulisannya; sementara si
B justru menilai tulisan si A lebih baik dibanding tulisannya. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan rasa percaya diri, hindarkanlah melakukan penilaian terhadap
tulisan diri sendiri, serta pikirkanlah bahwa orang lain pasti menilai tulisan
kita baik.
2.
Gunakan
Rumus “TOP – KUAT”
Memang,
kata pembuka tidaklah sepenting judul. Namun jagalah agar pembaca sudah tidak
tertarik dengan kalimat pertama yang Anda gunakan. Untuk itu, beberapa kata
pembuka disini dapat dijadikan ancar-ancar.
§ T
(tema) = mulailah dengan kalimat / pernyataan yang merupakan tesis atau
pernyataan tema.
§
O
(omogan) = mulailah dengan suatu percakapan atau dialog yang berkaitan dengan
tema
§
P
(perbuatan) = mulailah dengan suatu tindakan.
§
K
(kuriositas) = mulailah dengan kalimat / pernyataan yang akan membangkitkan
rasa ingin tahu.
§
U
(ungkapan) = mulailah dengan suatu ungkapan, peribahasan, kutipan.
§
A
(anekdot) = mulailah dengan menceritakan
pengalaman, kisah kecil atau anekdot yang dapat menampilkan tema yang ditulis.
§
T
(tanya) = mulailah dengan suatu pertanyaan, baik yang sungguh-sungguh ingin
dijawab maupun yang tidak ingin dijawab (retoris).
3.
Diskusi
dan Perbanyaklah Membaca
Kedalaman
dan ketajaman analisis tulisan hanya dapat diatasi dengan memperbanyak diskusi
dengan teman atau orang lain, menghadiri banyak seminar dan acara ilmiah lain,
serta dengan menggiatkan kegemaran membaca. Yakinlah bahwa ketajaman dan
kedalaman analisis tulisan orang lain semata-mata disebabkan karena ia lebih
dahulu membaca buku dibandingkan kita.
4.
Gunakan Pola Bagan / Plot, dan Kalimat Sambung.
Ketika
kita mengalami kesulitan untuk menyambungkan paragraf yang satu dengan paragraf
yang lain, atau ide yang satu dengan ide yang lain, gunakan atau pilih beberapa
outline, bagan atau plot yang sesuai dengan selera Anda (DAM-D, D-S-D, PMT, 5W
+ 1H, dan T-A-S). Disamping itu, Anda dapat memanfaatkan pemmakaian beberapa
kata sambung, misalnya: oleh karena itu, sehubungan dengan hal tersebut,
meskipun demikian, mengingat hal tersebut diatas … maka ….., dari uraian diatas
jelaslah kiranya bahwa …., dengan kata lain, dan sebagainya.
Untuk
mengurangi kesalahan dan kelemahan dalam alur tulisan, dapat pula digunakan
beberapa kaidah penggunaan paragraf baru
sebagai berikut:
- Paragraf
baru biasanya digunakan jika ada peralihan waktu, misalnya: “satu minggu
kemudian, ….”.
§
Paragraf
baru biasanya digunakan jika ada peralihan tempat, misalnya: “tidak jauh dari
situ …..”.
§
Paragraf
baru biasanya digunakan jika ada pergantian penekanan atau pandangan, misalnya:
“dari lain pihak, ….”.
§
Paragraf
baru biasanya digunakan untuk menguraikan atau menceritakan hal baru yang mirip
dengan hal yang sudah dibicarakan sebelumnya, misalnya: “tidak jauh berbeda
dengan hal itu, ….”.
§
Paragraf
baru biasanya digunakan jika ingin membandingkan atau mempertentangkan hal satu
dengan yang lain, misalnya: “hal tersebut apabila dibandingkan dengan …..”.
5.
Perkaya
Kosakata (perbendaharaan kata).
Jangan
biasakan mengulang kata yang sama untuk menunjukkan hal / obyek yang sama.
Misalnya, gunakan istilah masyarakat, rakyat, warga, anggota komunitas, untuk
menggambarkan sekelompok orang yang tinggal di suatu teritorial tertentu.
Kemungkinan
Keliru Dalam Menulis
Dalam
suatu proses penulisan, selalu terdapat kemungkinan keliru. Dengan
kata lain, kekeliruan adalah sesuatu yang sangat wajar dan biasa. Dalam hal ini, paling tidak terdapat 6 (enam) kemungkinan
keliru dalam menulis, yaitu (Karim, 1989: 6):
§ Salah penegasan atau melebih-lebihkan fakta.
§
Salah
penafsiran / interpretasi karena kekurangan fakta.
§
Kekeliruan
data, istilah atau kutipan.
§
Kesimpulan
yang salah atu kurang bukti.
§
Gagal
dalam membedakan antara fakta dan opini.
§
Kontradiksi
dan inkonsistensi.
LATIHAN
- 1
Dengan
memperhatikan pentahapan dalam menulis, buatlah tulisan dengan ide-ide atau
gagasan sebagaimana tersedia pada bagian dibawah ini, atau ide-ide lain yang
dapat Anda kembangkan sendiri. Untuk latihan ini, panjang tulisan cukup ! 1
halaman, dan dapat Anda kembangkan sendiri pada kesempatan yang lain.
Perhatikan pula tentang pemilihan bentuk
tulisan yang cocok untuk masing-masing ide / gagasan.
1. Krisis
moneter yang dialami bangsa Indonesia
saat ini dan beberapa waktu yang lalu, telah mengarah pula kepada krisis
politik dan krisis kepercayaan kepada pemerintah. Akibatnya, situasi politik
hampir tidak terkendali yang ditandai oleh banyak peristiwa penjarahan,
pemerkosaan, perusakan, dan sebagainya. Korban dari peristiwa tersebut
kebanyakan adalah WNI keturunan Cina, sehingga sebagian diantara mereka memilih
meninggalkan Indonesia ,
baik untuk sementara waktu maupun untuk seterusnya. Sikap ini ternyata makin
mendorong krisis ekonomi makin parah, sebab merekalah sebenarnya para pelaku
ekonomi di negeri ini. Dari situasi tersebut muncul ide sebagai berikut: WNI
keturunan ini hendaknya mengambil situasi sekarang sebagai momentum untuk
menunjukkan rasa nasionalisme dan kepeduliannya atas kehidupan rakyat kecil
pada umumnya. Caranya, mereka mengurangi tingkat keuntungan usaha, misalnya
jika sebelumnya menetapkan angka keuntungan sebesar 25 %, sekarang dibatasi
sebesar 10 % dan sisanya disumbangkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Jika
hal ini dilakukan, maka keberadaan mereka akan dapat diterima oleh warga
pribumi, sekaligus akan mencegah terjadinya kasus-kasus serupa di kemudian
hari.
2. Seiring
dengan krisis yang terjadi, akhir-akhir ini dapat diamati tentang merebaknya
para pengamen baru, pengemis baru, pedagang asongan baru, maupun para peminta
sumbangan untuk berbagai keperluan, yang beroperasi di setiap simpang jalan di
kota-kota besar. Parahnya, diantara mereka adalah anak-anak kecil yang
sesungguhnya belum layak dimanfaatkan sebagai “faktor produksi” (tenaga kerja).
Tentu saja, kondisi tersebut merupakan kemunduran atau penurunan mutu kehidupan
bermasyarakat. Untuk mengatasi hal ini, muncul ide sebagai berikut:
Lembaga-lembaga atau instansi pemerintah hendaknya memperbesar rasa
tanggungjawab dan kepedulian terhadap kehidupan sosial masyarakat, terutama
yang tinggal di sekeliling instansi tersebut. Caranya, mereka menyisihkan dana
yang dihimpun dari para karyawannya, dan digunakan untuk membiayai sekolah dan
biaya hidup sehari-hari bagi 2 – 3 anak terlantar yang minta-minta di jalanan.
Jika di Jawa Barat terdapat 500 instansi, berarti ada 1000 – 1500 anak yang
terselamatkan. Belum lagi jika lembaga swasta dan militer diajak dalam
penyelenggaraan program ini.
3. Keadaan
ekonomi Indonesia yang makin
terpuruk dewasa ini, telah menyebabkan Indonesia sebagai negara termiskin
di dunia dengan GNP sebesar US $ 300. Dilihat dari kebijakan ekonomi yang
ditempuh pemerintah selama 32 tahun terakhir, dapat dikatakan telah terjadi
kesalahan strategi. Selama ini seolah-olah terkondisi bahwa ekonomi rakyat
kurang dibina secara serius, sementara para konglomerat diberi kesempatan untuk
berkembang secara leluasa, misalnya melalui hutang luar negeri. Disatu pihak
hal ini memang memacu laju pertumbuhan ekonomi (LPE) negara, namun di pihak
lain merupakan “bom waktu” yang ternyata telah meledak beberapa saat yang lalu.
Untuk itu, pemerintah perlu menerapkan kebijakan pembangunan yang lebih tepat
dalam berbagai aspeknya.
4. Kehidupan
masyarakat pedesaan di Desa “X” ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP)
yang tinggi, tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, serta
berbasis ekonomi pertanian dengan teknologi sederhana. Hal ini mengakibatkan
makin sulitnya pembangunan dilaksanakan di desa tersebut, yang pada gilirannya
mengakibatkan makin menurunnya derajat kemakmuran warga desa, sekaligus
ditandai dengan meningkatnya urbanisasi, pengangguran dan tingkat kriminalitas
baik di kota maupun di desa itu sendiri. Anda diminta untuk melakukan analisis
tentang kemungkinan penerapan suatu program pembangunan tertentu yang cocok dan
berhasil jika diimplementasikan di desa tersebut.
5. Sebagai
salah satu jenis jabatan fungsional, kenaikan pangkat dan kinerja widyaiswara
diukur dari angka kredit yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu. Dan
salah satu butir penilaian yang menghasilkan banyak angka kredit adalah karya
tulis (khususnya yang masuk kategori ilmiah). Namun kenyataannya, sedikit
sekali jumlah widyaiswara yang hobby dan atau memiliki kemampuan menulis secara
baik. Jangankan menulis tentang sesuatu diluar disiplinnya, menulis diktat atau
modul mata kuliah tertentu yang dipegangnya-pun tidak dilakukan. Akibatnya, sering
terjadi kasus keterlambatan kenaikan pangkat bagi Widyaiswara, yang semestinya
dapat diproses setiap 2 tahun sekali.
LATIHAN - 2
Anda diminta untuk membuat tulisan dengan pola pembaganan
(plot / outline) tertentu dengan tema atau topik-topik sebagai berikut. Anda
dapat pula menentukan tema-tema yang sesuai dengan minat dan atau bidang tugas
Anda.
1.
Pola
DAM-D
Tema: 1. Kewajiban Memakai Helm bagi Pengendara Sepeda Motor.
2. Korban Letusan Gunung Merapi
2.
Pola
D-S-D
Tema: 1. Rejim Pemerintah Orde Baru
2. Kesejahteraan Masyarakat
3.
Pola
PMT
Tema: 1. Taat Pajak.
2. PHK dan Pengangguran
4.
Pola
5W + 1H
Tema: 1. Program Wajib Belajar 9 Tahun.
2. Pembakaran Kantor Polsek di Garut
5.
Pola
T-A-S
Tema: 1. Penerapan Sistem Angka Kredit bagi Widyaiswara
2. Hak Asasi Manusia
Daftar Kepustakaan
M. Atar Semi, Menulis
Efektif, Padang: Angkasa Raya, 1990
M.
Rusli Karim, Metode Penulisan Ilmiah,
makalah tidak diterbitkan, Yogyakarta , 1989.
Widyamartaya,
Kreatif Mengarang, Yogyakarta :
Kanisius, 1978
Tidak ada komentar:
Posting Komentar