Pengantar
Dalam kehidupan organisasi, munculnya suatu masalah
merupakan gejala yang sangat normal. Demikian pula, berkembangnya masalah
menjadi suatu konflik dan atau ketegangan (stress), merupakan fenomena yang
biasa terjadi. Bahkan, dalam taraf tertentu berbagai masalah, konflik dan
ketegangan tersebut dapat menjadi pemicu (trigger) bagi organisasi untuk
lebih mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Atas dasar pemikiran diatas, wajarlah jika dalam
perkembangan ilmu manajemen muncul spesialisasi tertentu yang disebut Manajemen
Konflik (Conflict Management). Ilmu ini tidak semata-mata berusaha
untuk mengedepankan berbagai kiat atau teknik manajemen dalam rangka
meminimalisir dan atau mengeliminir permasalahan dan konflik ; tetapi lebih
kepada bagaimana ‘menciptakan’ dan mengelola masalah dan konflik yang timbul
agar merangsang segenap anggota organisasi untuk tetap memiliki semangat
bersaing secara sehat, mengembangkan inisiatif dan inovasi, dan sebagainya.
Meskipun demikian, seorang manajer dalam suatu organisasi
tetap harus memiliki kemampuan untuk menganalisis segala hal yang berkaitan
dengan munculnya permasalahan dan konflik tersebut. Kemampuan ini antara lain
meliputi identifikasi faktor penyebab dan dampak (akibat) yang mungkin timbul,
penentuan dan pemilihan alternatif pemecahan, penggunaan teknik-teknik analisis
atau teknik pemecahan masalah, serta penetapan (dari proses perencanaan sampai
dengan evaluasi) strategi, kebijakan dan program yang akan diimplementasikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diktat sederhana ini
mencoba untuk mengedepankan beberapa teknik analisis kasus dan teknik pemecahan
masalah, khususnya teknik PKT (Pola Kerja Terpadu) yang menggunakan instrumen
pohon masalah, pohon sasaran dan pohon alternatif sampai terbentuknya matriks
SIABIDIBA. Disamping itu, dikemukakan pula teknik PPK (Perencanaan Peningkatan
Kinerja) atau PIP (Performance Inprovement Planning) dengan 20 langkahnya,
serta teknik analisis SWOT (Strength, Weaknesess, Opportunity, Threat)
yang berbasis pada kondisi internal dan eksternal organisasi. Termasuk dalam
teknik yang dikemukakan disini adalah penggunaan Matriks Prioritas Masalah,
atau Matriks Identifikasi Masalah dan Rekomendasi, yang dapat dikatakan sebagai
teknik paling sederhana, termudah dan tercepat.
Selain itu, dalam kehidupan suatu organisasi juga sering
ditemui adanya perbedaan pendapat, perbedaan kepentingan, perbedaan cara
mencapai tujuan, maupun konflik antar anggota organisasi yang bersangkutan.
Disamping itu, dalam skala yang lebih luas, organisasi tidak jarang menghadapi
berbagai kondisi kurang menguntungkan seperti: adanya hambatan dalam proses
pelaksanaan kegiatan, kebingungan dalam menentukan arah dan misinya, kegagalan
merealisasikan rencana yang telah disusun, kesalahan dalam mengantisipasi suatu
fenomena, dan sebagainya. Keseluruhan kondisi tersebut adalah contoh-contoh
masalah yang sering dihadapi oleh suatu organisasi, baik secara individual
maupun kolektif.
Adanya suatu permasalahan memang tidak bisa dihindari,
namun yang jelas bahwa masalah tersebut harus dihadapi dengan sikap-sikap
positif dan tindakan kreatif, sehingga tidak akan mengganggu jalannya
organisasi. Sebab, suatu masalah biasanya akan menjadi semacam “kanker” yang
akan semakin mengganas jika dibiarkan saja tanpa upaya pencegahan dan
pengobatan. Oleh karena itu, dalam rangka memecahkan timbulnya masalah, perlu
dilakukan suatu upaya strategis, yakni pengambilan keputusan.
Keputusan dan Pengambilan Keputusan
Keputusan dapat diartikan sebagai suatu pengakhiran atau pemutusan
dari suatu proses pemikiran untuk menjawab suatu pertanyaan, khususnya mengenai
suatu masalah atau problema. Sedangkan pengambilan
keputusan adalah proses pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah,
mulai dari identifikasi dan perumusan masalah, pengumpulan dan penganalisaan
data dan informasi, pengembangan dan pemilihan alternatif, serta pelaksanaan
tindakan yang tujuannya untuk memperbaiki keadaan yang belum memuaskan. Dari
pengertian tersebut nampak bahwa pengambilan keputusan bukanlah merupakan
kegiatan yang sepele atau mudah. Artinya, suatu keputusan mestilah lahir dari
suatu proses panjang yang rumit, dimana di dalamnya terjadi diskusi-diskusi
intensif, saling tukar pemikiran dan brain
storming yang mendalam dengan analisis-analisis yang tajam dan
interdisipliner.
Adapun mengenai proses pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama kali, proses pengambilan keputusan dipicu oleh
adanya masalah yang dihadapi dan perlu segera dipecahkan oleh suatu organisasi.
Dari adanya masalah ini, langkah yang harus ditempuh adalah menetapkan secara
tepat apa sesungguhnya masalah yang dihadapi. Untuk itu perlu dilakukan pengenalan, identifikasi, diagnosis dan
analisis terhadap masalah yang ada, yakni dengan cara menguraikan
unsur-unsur masalah yang dihadapi, kemudian dikelompokkan kembali menurut corak
dan sifatnya masing-masing, serta memperkirakan faktor-faktor kunci penyebab
masalah tersebut.
Untuk mendukung hal ini, perlu dilakukan pengumpulan data
pendahuluan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Adalah suatu kegagalan
besar jika SDM suatu organisasi salah dalam mengenali, mengidentifikasi serta
mendiagnosis sesuatu yang diduga merupakan masalah, padahal masalah
sesungguhnya belum atau tidak tersentuh sama sekali.
Setelah dilakukan identifikasi dan diagnosis masalah,
maka tahap selanjutnya adalah pengembangan
alternatif. Tahapan ini merupakan kegiatan analisa dalam rangka menggali
dan menemukan berbagai macam pilihan atau alternatif, sehingga membutuhkan daya
cipta yang besar disamping pengetahuan yang luas dan mendalam tentang masalah
yang akan dipecahkan.
Pada
tahap berikutnya, terhadap berbagai alternatif tadi diadakan evaluasi atau penilaian. Dalam hal ini,
evaluasi dilakukan atas dasar ramalan (forecasting)
mengenai konsekuensi setiap alternatif yang dapat diperkirakan akan timbul.
Dalam meramalkan setiap alternatif, biasanya digunakan pola berpikir sebab
akibat, misalnya: jika alternatif 1 yang dipilih akan menimbulkan konsekuensi
A, B dan seterusnya. Dengan kata lain, perlu diadakan pembandingan antar
alternatif, sebelum sampai kepada pemilihan salah satu alternatif yang dianggap
terbaik, serta mengandung cost yang
jauh lebih rendah dibanding benefit
yang akan dihasilkan.
Adapun
fase atau tahap terakhir dari proses pengambilan keputusan adalah implementasi keputusan, yaitu
pelaksanaan dari alternatif yang dipilih, serta pemantauan pelaksanaan sebagai
dasar tindak lanjut bagi organisasi yang bersangkutan.
Corak
dan Jenis Masalah
Sebagaimana
diketahui, corak atau jenis masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi
biasanya dapat dikelompokkan kedalam dua golongan, yaitu masalah yang sederhana
(simple problem) dan masalah yang
rumit (complex problem). Corak atau
jenis masalah yang berbeda akan menyebabkan cara pengambilan keputusan yang
berbeda pula. Adapun pengertian masalah sederhana adalah masalah yang mempunyai
ciri-ciri antara lain berskala kecil, berdiri sendiri dalam arti kurang
memiliki sangkut paut dengan masalah yang lain, tidak mengandung konsekuensi
yang besar, serta pemecahannya tidak memerlukan pemikiran yang luas dan
mendalam.
Terhadap
masalah yang sederhana seperti ini, maka pengambilan keputusan dalam rangka
pemecahan masalah dilakukan secara individual oleh setiap pimpinan. Teknik yang
biasa digunakan untuk memecahkan masalah sederhana ini pada umumnya dilakukan
atas dasar intuisi, pengalaman, kebiasaan dan wewenang yang melekat pada
jabatannya.
Sementara
itu, masalah rumit adalah masalah yang mempunyai ciri-ciri antara lain berskala
besar, tidak berdiri sendiri melainkan memiliki kaitan erat dengan
masalah-masalah lain, mengandung konsekuensi yang besar, serta pemecahannya
memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis. Oleh karenanya, pengambilan
keputusan atas masalah kompleks ini dilakukan secara kelompok yang melibatkan
pimpinan dan segenap staf pembantunya. Masalah rumit ini sendiri dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu masalah yang terstruktur (structured problems), dan masalah yang
tidak terstruktur (unstructured problems).
Structured problems adalah
masalah yang jelas faktor-faktor penyebabnya, bersifat rutin dan dan biasanya
timbul berulang kali sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik
pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif dan dibakukan. Sebagai
contoh masalah terstruktur ini misalnya adalah masalah penggajian, kepangkatan
dan pembinaan pegawai, masalah perijinan, dan sebagainya. Oleh karena sifatnya
yang rutin dan baku ,
maka pengambilan keputusan menjadi relatif lebih mudah atau cepat, dimana salah
satu caranya adalah dengan penyusunan metode / prosedur / program tetap atau
pembakuan-pembakuan lainnya.
Berbeda
dengan masalah yang terstruktur, maka pada masalah yang tidak terstruktur,
proses pengambilan keputusan menjadi lebih sulit dan lebih lama. Sebab, masalah
yang tidak terstruktur ini merupakan penyimpangan dari masalah organisasi yang
bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya,
serta tidak repetitif kasusnya. Oleh karenanya, diperlukan teknik pengambilan
keputusan yang bersifat non-programmed
decision-making.
Hal
ini mensyaratkan bahwa sebelum di tetapkannya suatu keputusan, perlu disediakan
berbagai bahan tambahan atau informasi, baik yang tertuang dalam peraturan
perundangan maupun dalam berbagai sumber yang tersebar. Selanjutnya terhadap
bahan-bahan dilakukan analisis, penguraian dan pertimbangan-pertimbangan
khusus. Dalam kaitan ini, peranan diskusi sangatlah besar, sebab keputusan yang
diambil tidak bisa semata-mata didasarkan kepada pengalaman, terlebih lagi
adalah faktor-faktor spesifik yang membentuk masalah tersebut.
LATIHAN
KASUS:
Tersesat di Laut: Apa yang Harus Anda
Prioritaskan?
Petunjuk
Kasus:
1.
Bacalah
kasus dibawah ini dengan seksama, dan bayangkanlah bahwa Anda benar-benar
sedang menghadapinya.
2.
Dalam
keadaan kritis tersebut, Anda dituntut untuk mampu memecahkan masalah dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya, sekaligus mengambil keputusan yang tepat.
Kasus:
Anda sedang terapung-apung di dalam sebuah perahu pesiar
di Lautan Pasific Selatan. Sebagai akibat kebakaran yang tak diketahui asalnya,
hampir seluruh bagian perahu itu terbakar habis serta rusak segala isinya.
Karena itu perahu Anda sekarang sedikit demi sedikit mulai tenggelam. Lokasi
Anda kurang jelas dimana saat itu berada, karena rusaknya alat navigasi yang
sungguh penting, dan karena Anda beserta rekan-rekan Anda sedang sibuk sekali
berusaha memadamkan api. Hanya menurut perkiraan yang cukup teliti, Anda saat
itu sedang berada kurang lebih berjarak 1000 mil arah barat daya dari sebuah
pulau terdekat.
Dibawah ini ada sebuah daftar barang yang kebetulan
terlindung dan selamat setelah api mengamuk. Tambahan pula, Anda beruntung
mendapatkan sebuah sekoci karet yang masih dapat digunakan lengkap dengan
dayungnya. Sekoci itu cukup untuk dapat mengangkut Anda beserta rekan-rekan
Anda dan semua barang yang terdaftar di bawah. Dari saku-saku baju dan celana
semua orang yang selamat terdapat sebungkus rokok, tiga kotak korek api, dan
lima lembar uang kertas ribuan.
Tugas Anda sekarang adalah menyusun nilai pentingnya
kelima belas barang tadi, atas dasar keperluannya untuk dapat mempertahankan
hidup. Anda harus membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa berkonsultasi
dengan rekan-rekan Anda.
Berikan nomor satu pada jenis barang yang Anda anggap
paling penting, dan nomor dua pada barang yang Anda anggap prioritas kedua,
begitu seterusnya sampai nomor limabelas, sebagai barang yang sangat kurang
penting. Tulis catatan nomor-nomor Anda pada ruang tanda
“Pilihan Sendiri”. Setelah hal ini dilakukan, tugas Anda berikutnya adalah
membentuk kelompok dan melakukan hal yang sama.
JENIS BARANG
·
Sekstan
·
Cermin
Cukur Janggut
·
Lima Galon
Air
·
Kelambu
·
Satu
Kotak Perbekalan Tentara Kelas C
·
Peta
Laut Pasific
·
Bantalan
Penyelamat (alat apung yang telah disetujui oleh pemerintah)
·
Dua
galon campuran oli dan bensin
·
Radio
Transistor Kecil
·
Racun
Ikan Hiu
·
Duapuluh
Kaki Persegi Plastik
·
Limabelas
Kaki Tali Nilon
·
Dua
Kotak Batang Permen Coklat
·
Alat-alat
Pancing
·
Satu
Kerat (24 Botol) Jamaica
Rum Murni
Setelah
selesai semuanya, barulah Anda dan rekan-rekan megambil hikmah dari kasus
tersebut dengan memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1.
Apakah
jawaban Anda sendiri dengan jawaban kelompok terdapat persamaan yang banyak,
sebagian terdapat persamaan, atau berbeda sama sekali? Jika berbeda, apa
kira-kira faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut?
2.
Bagaimana
proses “pengambilan keputusan” pada saat Anda bekerja dalam kelompok? Menurut
Anda, lebih bermanfaat manakah proses pengambilan keputusan secara individual
dan secara kelompok? Apa kelebihan dan kekurangannya masing-masing? (Perhatikan
tentang kemungkinan munculnya perilaku-perilaku individu dalam kelompok seperti:
ingin memaksakan pendapat; pasif / apatis dan menyerahkan keputusan kepada
rekannya; menyembunyikan informasi; penakut; pengeluh; pemalas; sok tahu;
berbelit-belit, dan sebagainya).
3.
Pelajaran-pelajaran
apa lagi yang dapat Anda peroleh dari adanya kasus diatas?
JAWABAN
KASUS
Menurut
para ahli, barang-barang utama yang dibutuhkan oleh orang yang tersesat di
tengah laut adalah barang-barang untuk menarik perhatian dan untuk menolong
jiwa, sementara menunggu usaha penyelamatan. Alat-alat navigasi kurang penting.
Walaupun sebuah sekoci kecil mungkin mampu digunakan untuk mencapai daratan,
alat ini tak mungkin digunakan untuk mengumpan makanan dan air yang sekedar
cukup untuk hidup selama itu. Karena itu, yang paling penting adalah Cermin Cukur Janggut dan Dua Galon
Campuran Oli dan Bensin. Barang-barang ini dapat digunakan untuk memberi tanda
petolongan udara – laut. Prioritas
kedua adalah air dan makanan, misalnya saja Satu Kotak Perbekalan Tentara Kelas
C.
Berikut ini adalah keterangan singkat tentang urutan
nilai (ranking) setiap barang, yang tentu saja tidak mencakup seluruh kegunaan
tiap barang melainkan hanya yang penting-penting saja.
·
Cermin Cukur Janggut, sangat penting untuk memberi tanda.
·
Dua Galon Campuran Oli dan Bensin, juga
diperlukan untuk memberi tanda karena campuran bahan ini akan terapung di atas
air dan dapat dibakar dengan selembar uang kertas dan korek api.
·
Lima Galon Air,
penting untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena penguapan dan
sebagainya.
·
Satu Kotak Perbekalan Tentara Kelas C, penting untuk bahan makanan.
·
Duapuluh Kaki Persegi Plastik, penting sebagai tadah air hujan dan sebagai pelindung.
·
Dua Kotak Batang Permen Coklat, untuk persediaan makanan.
·
Alat-alat Pancing, dinilai lebih rendah dari pada coklat karena “seekor
burung di tangan lebih bernilai dari pada seratus ekor di angkasa”. Artinya,
tidak ada jaminan akan tertangkapnya seekor ikan.
·
Limabelas
Kaki Tali Nilon,
mungkin dapat digunakan untuk mengikat peralatan supaya tidak terpental ke luar
sekoci.
·
Bantalan
Penyelamat,
dapat digunakan untuk menarik orang yang mungkin tercebur ke laut.
·
Satu
Kerat (24 Botol) Jamaica
Rum Murni,
berisi 80 % alkohol yang dapat digunakan untuk obat anti infeksi, bukan untuk
diminum.
·
Radio
Transistor Kecil,
sedikit sekali gunanya karena jauh dari station radio.
·
Racun
Ikan Hiu,
sebagai usaha preventif jika sewaktu-waktu muncul ikan hiu yang akan menyerang.
·
Peta
Laut Pasific,
tidak berguna tanpa perlengkapan navigasi lainnya. Yang penting bukan
mengetahui dimana posisi Anda, melainkan kemana Anda akan menyelamatkan diri
atau dimana posisi orang yang akan menyelamatkan Anda.
·
Kelambu,
tidak berguna karena tidak ada nyamuk di Lautan pasific.
·
Sekstan, tidak
berguna tanpa meja dan kronometer.
2 komentar:
Terima Kasih artikel yg bermanfaat ......
Amalan ilmu nya semoga mendapat keberkahan dari NYA
(bedjo santoso Dhani - sby)
Terimakasih atas jawabanya
Posting Komentar