Apabila diperhatikan, maka karakteristik organisasi
terbuka mengisyaratkan bahwa organisasi harus selalu siap untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian atau pengembangan (organizational
development). Menurut Henry
(1988: 86), pengembangan organisasi tersebut dilaksanakan melalui intervensi
yang penuh perhitungan atas kerja organisasi yang aktif dengan menggunakan
pengetahuan ilmu perilaku organisasi (organization
behavior).
Permasalahannya sekarang adalah, perubahan yang
bagaimanakah yang harus dilakukan oleh suatu organisasi berbentuk organik?
Dalam hal ini, Morgan (1996: 7-10)
menawarkan 18 (delapan belas) aspek perubahan dari organisasi masa lalu
(tertutup dan mekanik) menjadi organisasi masa depan (terbuka dan organik).
Untuk bisa merubah suatu organisasi dari bentuknya yang
lama kearah yang lebih baru, Morgan
(1996: 12) mensyaratkan bahwa organisasi tersebut perlu melakukan inovasi. Inovasi sendiri diartikannya sebagai perubahan yang kreatif dengan tujuan memprakarsai masa depan yang
baru, organisasi baru dengan nilai baru. Dan oleh karena perubahan organisasi
yang lama kearah yang baru ini ditempuh melalui inovasi, maka organisasi yang
baru dapat disebut pula inovisasi.
Adapun inovasi tadi dapat dikatakan sebagai proses kreatif jika dapat
melaksanakan hal hal sebagai berikut: mengubah arah, mencari sesuatu yang baru,
melihat ke sekitarnya, membuat sesuatu yang berbeda terjadi, memikirkan hal-hal
yang baru, memberikan ide-ide baru, mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin,
mencegah cara menghakimi, mengabaikan hal-hal yang pasti, mengendalikan dua
pandangan yang berbeda pada waktu yang bersamaan, melihat sesuatu dengan
kacamata baru, membiarkan pilihan tetap terbuka, kerja keras, membesar-besarkan
sesuatu hal, mau bertanya, menemukan pilihan atau alternatif, serta memiliki
lebih dari satu pilihan (Morgan,
1996: 15-16).
Sementara itu, beberapa pakar organisasi lain
mengemukakan alasan penting bagi upaya pertumbuhan atau pengembangan organisasi
sebagai berikut:
1.
Mobilitas
para eksekutif.
Organisasi yang mengalami pertumbuhan
merupakan tempat bekerja yang menarik bagi para eksekutif. Organisasi yang maju
biasanya dianggap lebih bergengsi dan umumnya mampu memberikan imbalan yang
lebih besar. Pertumbuhan tersebut memberikan macam-macam tantangan maupun
kesempatan maju bagi para eksekutif. Oleh karena itu, jika organisasi tidak
tumbuh, para eksekutifnya akan mencoba mencari tempat kerja yang dianggap lebih
menarik (Morrison).
2.
Keinginan
untuk menjadi lengkap (organizational self-realization).
3.
Faktor
Ekonomis.
Pertumbuhan organisasi mampu membawa
berbagai jenis keuntungan finansiil. Volume produksi yang tinggi menyebabkan
ongkos-ongkos akan berkurang karena skala ekonomis dapat dicapai atau
dilampaui. Keuntungan bertambah terutama jika ukuran yang lebih besar mampu
memberikan kekuatan yang lebih besar dalam persaingan (Starbuck).
4.
Kemampuan
menjaga kelangsungan hidup (survival).
Menjaga
kelangsungan hidup mungkin merupakan alasan yang paling utama dalam pertumbuhan
organisasi. Organisasi harus tumbuh membesar jika ingin tetap terjamin
kelangsungan hidupnya. Organisasi tidak dapat tetap hidup tanpa menjadi lebih
besar, karena organisasi lain yang merupakan saingan selalu berusaha untuk
tumbuh. Pertumbuhan saingan ini seringkali dilakukan dengan mengurangi
kesempatan bagi organisasi kita (Starbuck).
Dalam pada itu, Albrecht
(1985: 37-39) mengajukan tiga macam pendekatan baru terhadap pengembangan
organisasi, yaitu pendekatan diffusion
atau penyebaran, linkage atau pertalian, serta pendekatan katalist. Konsep penyebaran berarti
bahwa suatu organisasi akan menerapkan tindakan, metode, atau prosedur yang
bermanfaat, jika ternyata organisasi yang lain telah menggunakannya dan
nyata-nyata menghasilkan kemajuan. Konsep pertalian dimaksudkan untuk mencari
dukungan orang-orang yang bersedia membantu di berbagai bagian strategis dalam
organisasi itu untuk bertindak sebagai penjual gagasan atau agen perubahan,
terutama dalam menganjurkan perubahan-perubahan khusus dan memperkenalkan
kebiasaan-kebiasaan baru. Adapun konsep katalis artinya merangkaikan kejadian
dalam program pengembangan organisasi melalui tahap-tahap entry (keterlibatan konsultasn), sensing (membangun kesan tentang budaya organisasi), lock-on (menentukan aspek yang
memerlukan perubahan), implementation
(pelaksanaan), dan separation
(menghilangkan ketergantungan).
Dalam kaitan ini, terdapat dua cara adaptasi yang dapat
dilakukan oleh organisasi. Cara pertama adalah melalui perubahan internal,
yaitu dengan menyesuaikan struktur internal organisasi, pola kerja, perencanaan
dan aspek internal lainnya terhadap karakteristik lingkungan. Sedangkan cara
kedua adalah dengan berusaha untuk menguasai dan mengubah kondisi lingkungan
sehingga menguntungkan bagi organisasi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN (dari Perilaku Seri 1 hingga Seri 9)
As’ad. Mohammad, Kepemimpinan Efektif Dalam Perusahaan:
Suatu Pendekatan Psikologik, Yogyakarta: Liberty, Cet. Kedua, 1986
Chandra, Robby I., Konflik
Dalam Hidup Sehari-hari, Yogyakarta: Kanisius, 1992
Deep, Sam dan Lyle Sussman, Mengefektifkan Kinerja (Saran Untuk Menghadapi 44 Jenis Orang yang
Menimbulkan Masalah di Lingkungan Kerja), Seri Pustaka Eksekutif, Jakarta:
PPM, Cet. Kedua, 1996.
Dharma, Agus, Gaya
Kepemimpinan yang Efektif Bagi Para Manajer, Bandung: Sinar Baru, 1984
Drummond, Helga, Pengambilan
Keputusan Yang Efektif (Petunjuk Praktis dan Komprehensif Untuk Manajemen),
Jakarta: Gramedia, 1995
Fritschi, Bep, Agnes T. Kristayani dan Florian Steinberg,
Partisipasi Masyarakat Dalam
Operasionalisasi Pendekatan P3KT, dalam Nana Rukmana, Florian Steinberg dan
Robert van der Hoff (ed.), Manajemen
Pembangunan Prasarana Perkotaan, Jakarta: LP3ES, 1993
Gordon,
Judith R., Organizational Behavior: A
Diagnostic Approach, New Jersey :
Prentice Hall Inc., 1996
Gramedia,
Management Action Guides: Mengendalikan
Konflik dan Negosiasi, Jakarta :
Gramedia, 1997
Indrawijaya,
Adam I., Perilaku Organisasi, Bandung : Sinar Baru, Cet.
Keempat, 1989
Indrawijaya,
Adam I., Perubahan dan Pengembangan
Organisasi, Bandung :
Sinar Baru, 1983
Jauch, Lawrence R., dan William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan,
Jakarta: Erlangga, Edisi Ketiga, 1996
Kasim, Azhar, Pengukuran
Efektivitas Dalam Organisasi, Jakarta: LP FE UI dan PAU Ilmu-Ilmu Sosial
UI, 1993
Makin,
Peter E., dan Patricia A. Lindley, Mengatasi
Stres Secara Positif: Petunjuk Praktis bagi Anda yang Bekerja di Bawah Tekanan,
Jakarta : Gramedia,
1994
Radford,
K.J., Analisis Keputusan Manajemen
(Modern Managerial Decision Making), Jakarta :
Erlangga, 1984.
Robbins,
Stephen P., Perilaku Organisasi: Konsep,
Kontroversi, Aplikasi , New Jersey :
Prentice Hall Inc., 7th Edition, 1996. Terjemahan Indonesia oleh PT. Prenhallindo,
1996.
Schein, Adgar H., Psikologi
Organisasi, Seri Manajemen No. 80, Jakarta: PPM, Cet. Ketiga,
1991
Supranto, Johannes, Teknik
Pengambilan Keputusan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Supratiknya,
A., Komunikasi Antarpribadi (Tinjauan
Psikologis), Yogyakarta : Kanisius, 1995
Stoner,
James A.F., dan Charles Wankel, Perencanaan
dan Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen, Jilid I, Jakarta: Rineka Cipta,
1993
Thoha,
Miftah, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar
dan Aplikasinya, Jakarta :
Rajawali, Cet. Ke-8, 1996
Thoha, Miftah, Dimensi-Dimensi
Prima Ilmu Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Kelima,
1992
Trimo,
Soejono, Analisis Kepemimpinan, Bandung : Angkasa, 1984
Wahjosumidjo,
Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta : Ghalia Indonesia , Cet. Ketiga, 1992
Whitmore,
John, Coaching for Performance: Seni
Mengarahkan Untuk Mendongkrak Kinerja, Jakarta : Gramedia, 1997
Winardi, Perilaku
Organisasi (Organizational Behavior), Bandung: Tarsito, 1989
World
Bank, World Development Report 1992:
Development and the Environment, Oxford
University Press, 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar