Senin, 22 Agustus 2011

Menjelang Perpisahan


Siklus organisasi, hidup manusia, bahkan sistem tata surya nampaknya tidak terlepas dari Kurva S (S Curve). Secara sederhana, Kurva S dapat didefinisikan sebagai suatu grafik hubungan antara waktu berjalannya sesuatu dengan nilai akumulasi progress sesuatu tersebut. Sebagai contoh, sebuah kegiatan yang baik dalam organisasi, pada awalnya dicirikan oleh kecepatan yang pelan, kemudian cepat dan sibuk di bagian tengah, dan kemudian santai di penghujung. Demikian pula dengan manusia, pada saat lahir lemah tidak berdaya, kemudian kuat dan produktif pada masa muda, hingga akhirnya kehilangan kekuatan lagi saat menjelang senja.  

Saya amati, peserta diklatpim juga terkena sindrom Kurva S tersebut. Pada awalnya sangat antusias dan cenderung menggebu-gebu dalam mengikuti diklat, di tengah-tengah mulai banyak keluhan dan berprinsip “ikan sepat ikan gabus” (makin cepat makin bagus), namun di akhir program menjelang penutupan justru terasa ada yang hilang. Harus diakui bahwa di minggu-minggu terakhir tidak ada lagi suara-suara yang menginginkan percepatan program diklat. Yang terjadi justru keakraban yang makin terajut, dan hubungan yang makin cair. Dan ketika hal itu mulai dirasakan, saat perpisahan justru semakin dekat.  

Secara kebetulan, program Diklatpim II yang saya ikuti bersamaan dengan bulan Ramadhan. Maka sayapun mengkaitkan Diklatpim dengan Ramadhan. Ternyata diantara keduanya ada kemiripan. Bulan Ramadhanpun disambut dengan antusias di depan, biasa-biasa di tengah, dan dirindukan ketika mendekati datangnya hari lebaran. Mungkin memang begitulah hukum alam: ketika kita belum merasa dekat dengan sesuatu, sesuatu tersebut terasa begitu lama berada di sekitar kita meski kadang tidak diharapkan. Namun begitu kita sudah merasa nyaman dengannya, sesuatu tadi justru sudah pada masanya meninggalkan kira.   

Maka, tidaklah aneh ketika Diklatpim II kami tinggal tersisa satu hari, yang dilakukan teman-teman adalah upaya saling mengenal dan mendekatkan satu sama lain seperti merekam nomor hp, berjanji untuk saling kontak dan mengunjungi, dan sejenisnya. Namun, saya pribadi kehilangan momentum karena saat Jurnal ini saya tulispun, saya masih menunggui istri menjelang persalinannya. Kondisi HB-nya yang rendah mengharuskan dia untuk menerima transfusi 6 kantong darah. Namun disela-sela transfusi dan infus, sesekali diselingi dengan kontraksi perut dan keluhan-keluhan lain seperti sesak nafas, jantung berdebar-debar, kesakitan pada tulang kemaluan, dan banyak lagi. Maka, saya harus tetap terjaga agar dapat hadir setiap kali dibutuhkan. Dan untuk menjaga agar tetap terjaga, menulis jurnal inilah salah satu resep mujarabnya.  

Sampai disini, catatan harian selaku peserta Diklatpim II saya akhiri seiring dengan datangnya saat berpisah. Namun, ketika perpisahan dengan teman-teman peserta sudah diambang pintu, ketika itu pula saya tengah menantikan kehadiran dua buah hati tercinta, si kembar Tri Widodo yunior. Kehadirannya bagi saya berada dalam momentum yang sangat baik, yakni di 10 hari terakhir Ramadhan yang penuh ampunan Ilahi Rabbi, bersamaan pula dengan keebrhasilan saya menyelesaikan tugas kedinasan mengikuti Diklatpim Tingkat II. Momentum Ramadhan merefleksikan hubungan manusia dengan Khaliq-nya, sementara Diklatpim melambangkan tugas kekhalifahan manusia di muka bumi. Semoga, keseimbangan dimensi vertikal berupa penghambaan dan penyerahan sepenuhnya (total devotion and total submission) dengan dimensi horizontal berupa tugas memakmurkan dunia dan memuliakan sesama, akan menjadi bekal mereka berdua dalam mengarungi kehidupan di dunia.  

Semoga Allah senantiasa membimbing calon anakku berdua menjadi manusia utama lagi mulia, yang tangguh mengarungi samudera dan angkasa raya, yang menjadi tokoh sentral dalam membangun masyarakat sejahtera dan beradab, yang selalu berpikiran positif dan merubah keburukan menjadi kebaikan, yang selalu menyebarkan salam dan kedamaian, yang selalu bersih ucapan/pikiran/perbuatannya, yang selalu menyandarkan diri hanya kepada Allah Azza wa Jalla, yang memegang teguh perjanjian dengan Rabb-nya ketika berada di Arsy-Nya, yang menjadikan segalanya sebagai jalan ibadah menuju ridha dan surga-Nya.  

Amin amin amin ya rabbal ‘alamiin … 

Kampus Pejompongan Jakarta
Selasa dini hari, 23 Agustus 2011, 04.00 Wib.

Tidak ada komentar: