Padamu Guru
Terima kasihku
Kau dahulu mengasuhku
Untuk mampu berdiri hingga tegak sama tinggi
Mandiri
Bagai elang berani terbang sendiri
Kau telah melatihku
Untuk bisa menyisihkan beras dari sekam
Membedakan permata dari kaca
Menyimak ungkapan dari ucapan
Kau turut mengajariku
Untuk berpikir tentang berpikir
Bagaimana belajar dan mengajar
Mengupas makna dengan nalar
Kau sudah mendidikku
Untuk tidak berhenti pada titik
Terus melaju mendahului waktu
Menguak mengukir takdir
Kau pernah mendorongku
Menjadi jauhari tempat bertanya
Bagai teluk timbunan kapal
Pembekal para nahkoda
Belajar ke pulau cita-cita
Walau kadang tempat berpijak kita berbeda
Ku tahu kita tetap saling percaya
Saling menghormat dan saling mengisi
Dan terus dapat saling mengerti
Karena biar bagaimanapun
Kita sama-sama manusia
Sama-sama khalifah Tuhan di mayapada
Padamu Guru
Terima kasihku
Teladanmu menjadi pemicu dan pemacu semangat
Selama hayat di kandung badan
Sebuah puisi yang dibuat oleh seorang Daoed Joesoef
kepada orang yang begitu dikaguminya. Dia menyebutnya sebagai ”guru”, dan orang
itu adalah Soemitro Djojohadikusumo. Sebuah karya yang begitu indah, yang tidak
salah jika kami lantunkan kembali sebagai penanda bahwa kamipun punya seorang
guru. Guru yang memang patut digugu dan ditiru, patut diteladani semua sisi
kehidupannya. Inilah karya yang sudah kami retouch, namun
tidak mengurangi maknanya. Semoga berkenan, Guru.
-Anak Kajian@2010
kiki, yuni, maya, sari, izza, betha, lany, dewi, yudi,
fani, zainy, rustan.
Sebuah tanda mata yang begitu dalam bermakna, lembut
menyentuh, serta tulus mengharukan. Terima kasih teman-teman, atas uluran
kasihmu, kelapangan hatimu, kebaikan budimu, keluhuran martabatmu, serta
keikhlasan jasa-jasamu padaku. Sungguh ini adalah hadiah terbesar yang luar
biasa selama aku berinteraksi dengan kalian semua, dan akan aku jadikan
sebagai bekal dan modal pengingat di hari-hariku yang akan datang. Betapa aku
beruntung pernah menjadi bagian dari masa-masa kalian, dan itu sangatlah membanggakan!
Semoga jalinan hati ini kan terus terukir indah dan terikat erat untuk
selamanya, wahai sahabat dan kebanggaanku ... Majulah terus sahabat, engkaulah
masa depan itu!
(Jika catatan ini kemudian aku ungkapkan, bukan aku ingin
menonjolkan diriku dihadapan kalian, namun semata-mata untuk mengabadikan
keindahan yang pernah kita rajut bersama di tepian mahakam bumi etam ...)
Dari Sudut Tepian Mahakam,
20 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar