Selasa, 07 Desember 2010

Transformasi ...


Alam semesta pada hakekatnya adalah misteri, dan keberadaan manusia pada hakekatnya adalah untuk memecahkan misteri tersebut”. Barangkali, ungkapan tersebut dapat dijadikan sebagai ilustrasi terhadap sepak terjang manusia di dunia, sekaligus sebagai awal perkembangan  kegiatan metodologi sebagai instrumen pendukung aktivitas manusiawi.

Memang kalau dirunut sampai ke masa awal dunia dan seisinya, segalanya hanya berupa kegelapan, kekosongan, dan kesia-siaan. Padahal dibalik itu, sesungguhnya terdapat kecerahan, eksistensi, dan kemanfaatan. Ini berarti, perlu ada suatu proses perubahan, proses pembalikan, dan proses penciptaan. Dengan kata lain, perlu ada transformasi dari kegelapan menjadi kecerahan, dari kehampaan menjadi keberadaan, dan dari kesia-siaan menjadi kemanfaatan. Transformasi harus dilakukan, sebab ia adalah hukum alam, dan ia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah peradaban umat manusia. Jadi, transformasi merupakan conditio sine qua non bagi peradaban ; tanpa transformasi tidak mungkin tercipta peradaban.

Masalahnya, bagaimana transformasi tersebut harus dilakukan?
Berabad-abad lamanya manusia berpikir, berbuat dan melakukan percobaan-percobaan. Maka jadilah apa yang kita kenal sebagai jaman batu, jaman besi, atau jaman perunggu, sampai dengan perkembangan jaman teknologi komputer dewasa ini. Kita kenal pula penemuan-penemuan ilmu dan atau pengetahuan baru seperti aljabar, algoritma, astronomi, kedokteran, dan sebagainya.

Kalaulah kita renungkan sekarang, nyatalah bahwa keadaan saat ini telah begitu berbeda dengan keadaan masa awal dunia tadi. Kondisi aktual dewasa ini jelas lebih baik, lebih enak, lebih nyaman, lebih bermanfaat, dan lebih segala-galanya. Apa kuncinya? Transformasi. Oleh karena itu, sekali lagi perlu ditekankan bahwa kita semua – umat manusia khususnya bangsa Indonesia – harus melakukan transformasi di segala bidang. Keadaan yang sudah baik dan enak saat ini, harus diolah kembali agar menjadi sesuatu yang jauh lebih baik dan enak lagi.

Apalagi dalam situasi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan akhir-akhir ini, proses transformasi (baca: reformasi) kiranya dapat dipercaya sebagai jembatan untuk menyeberang kepada situasi yang lebih baik. Ini berarti pula bahwa untuk memecahkan persoalan (misteri) yang menyelubungi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia, agenda yang harus ditetapkan dan atau dilaksanakan adalah mencari bentuk-bentuk baru dari sistem kehidupan itu sendiri. Keengganan untuk berubah dari pola lama ke pola baru, hanya akan memperlama proses pembodohan, pemiskinan dan yang sekarang sedang berlangsung. Dan untuk itu semua, kita membutuhkan instrumen / perangkat pendukung yang disebut ilmu dan pengetahuan, lengkap dengan kaidah metodologisnya.

1 komentar:

Tedi Setiadi mengatakan...

ass....pak. sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-besarnya.

saya sudah cantumkan alamat link bapak dipostingan yang saya unduh sebagai sumber tulisan yang saya posting.

silahkan untuk di liat dulu pak, barangkali ada yang kurang yang mesti saya tambahkan.

tp, klo boleh saya minta, saya tidak apa2 kan pak untuk tetap mem-posting tulisan2 bapak, dan saya berjanji, untuk mencantumkan sumbernya khususnya link bapak ketika saya mengunduh tulisan bapak.

sekali lg saya minta maaf atas kesalahan yang saya perbuat.
dan saya ucapkan terima kasih pula, karena karya tulis bapak menjadi salah satu inspirasi bagi saya dalam menjalankan proses akademik saya.