Selasa, 04 Februari 2014

Bagaimana Menumbuhkan Inovasi?



Judul diatas mungkin adalah salah satu pertanyaan tersulit untuk dijawab terkait inovasi. Menemukan ide inovatif nampaknya jauh lebih sulit dibanding menemukan jarum dalam tumpukan jerami. Mencari sumber inovasi-pun terlihat jauh lebih rumit dibanding mencari titik koordinat di lepas pantai yang kaya dengan deposit minyak. Ketika ide telah ditemukan-pun, masih ada kesulitan lain untuk mengembangkan ide tersebut menjadi alur pikir yang logis.

Untunglah, Peter F. Drucker melalui tulisannya berjudul 7 Sources of Innovation (2006, Innovation and Entrepreneurship, HarperCollins) banyak memberi inspirasi bagaimana menemukan sumber-sumber inovasi. Menurutnya, ada tujuh sumber inovasi. Pertama adalah The Unexpected. Ada dua makna dari situasi yang tidak diharapkan ini. Makna pertama, kita harus mampu memproyeksikan segala kemungkinan yang bisa terjadi meski sangat tidak kita harapkan. Dari proyeksi terhadap kondisi terpahit ini, kita dituntut untuk memikirkan upaya atau produk untuk mengantisipasinya. Sebagai contoh, jika kita memiliki perusahaan, maka salah satu situasi tidak diinginkan adalah kebangkrutan dalam 5 tahun kedepan. Sebelum perusahaan benar-benar bangkrut, maka perusahaan sudah harus mampu melakukan restrukturisasi (baca: inovasi), baik menyangkut jenis layanan yang dihasilkan, komposisi permodalan, maupun pembinaan SDM-nya. Contoh lain dari kondisi tidak diharapkan sebagai pegawai adalah dipecat. Pemecatan tentu akan sangat berdampak pada penurunan penghasilan seseorang. Maka, perlu dilakukan perubahan dalam pola konsumsi, pola investasi, pola pengembangan pribadi, dan sebagainya, sehingga ketika hal yang tidak diinginkan benar-benar terjadi, dampak yang timbul dapat diminimalisir sebesar mungkin.

Makna kedua dari the unexpected adalah dihasilkannya inovasi secara tidak sengaja. Contoh konrkit adalah pengembangan produk Nutrasweet. Seorang analis kimia yang sedang meneliti bahan kimia, secara tidak sengaja bahan tersebut masuk mulurnya dan ternyata terasa sangat manis. Kasus ini menjadi awal dari serial penelitian lanjutan selama beberapa tahun sebelum akhirnya Nutrasweet diluncurkan secara resmi ke pasaran. Dalam lingkungan organisasi, saya kira faktor kebetulan ini juga sering terjadi. Ketika sedang mendiskusikan strategi untuk mengatasi kawasan kumuh, misalnya, boleh jadi yang ditemukan justru ide normalisasi sungai dengan teknologi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Sumber kedua untuk menumbuhkan inovasi adalah The Incongruities. Maknanya, inovasi seringkali muncul dari situasi yang kontradiktif. Sebagai contoh, tuntutan untuk menghasilkan mobil kecil namun dengan kabin yang luas, adalah dua tuntutan yang kontradiktif. Faktanya, saat ini iklan-iklan mobil di televisi menjual image mobil ber-chasis kecil namun dengan kapasitas kabin yang besar. Bahkan ada iklan mobil kecil yang cukup untuk memuat seekor gajah. The incongruities juga bisa dilihat dari inovasi gadget yang mampu mengintegrasikan fungsi telepon, musik, dan kamera, bahkan video dan internet. Padahal, pada sekitar tahun 2000 awal, kita harus memiliki kamera, radio/tape, dan hand-phone untuk dapat mengakses fungsi telepon, musik, dan kamera secara sekaligus. Dalam kehidupan organisasi, the incongruities dapat menjelma dalam bentuk tuntutan pelayanan secara inklusif ditengah dukungan anggaran yang sangat terbatas, atau percepatan penyelesaian tugas sementara terjadi pengurangan pegawai. Dalam berbagai situasi “terjepit” yang seperti tidak mungkin itulah, inovasi menjadi pilihan terbaik.

Ketiga adalah Process Needs. Kebutuhan terhadap proses suatu pekerjaan uang lebih cepat dan efektif juga dapat mendorong inovasi. Kasus riil terjadi di AS pada sekitar abad 19 yang kebanjiran imigran gelap dari Eropa. Mereka adalah para petani yang tidak memiliki keterampilan sama sekali dalam industri manufaktur atau perakitan senjata. Pada saat itu, setiap komponen senjata memang dirakit secara manual dengan tenaga terampil manusia. Agar imigran tuna keterampilan tadi dapat didayagunakan, maka diciptakanlah sebuah inovasi berupa mesin-mesin pembuat komponen senjata secara terstandar. Dengan mesin ini, maka tugas para pekerja migran tadi hanyalah mengoperasikan mesin pembuat komponen senjata, tidak lagi membuat senjata dan komponennya. Pekerja tidak perlu lagi dilatih selama bertahun-tahun untuk menjadi tenaga ahli pembuat senjata. Selain kasus tadi, inovasi dalam sebuah proses juga terjadi pada kasus kedai kopi. Seiring meningkatnya tradisi minum kopi, maka terjadilah antrian yang makin panjang di berbagai kedai kopi. Membuat kopi yang baik perlu waktu, apalagi jika banyak yang memesan. Belum lagi faktor kurangnya tenaga pembuat kopi, membuat antrian di café-café menjadi semakin panjang. maka, keberadaan mesin-mesin pembuat kopi otomatis seperti di convenience store seperti di Alfa Mart atau Indomaret, atau juga di lounge bandara, adalah sebuah terobosan yang mampu melayani para penggemar kopi tanpa harus mengantri untuk mendapatkan secangkir kopi idaman. Dalam konteks organisasi pemerintahan, kebutuhan untuk memperbaiki proses dalam pelayanan juga dapat menajdi sumber inovasi. Pemangkasan prosedur, atau pembuatan SOP yang lebih cepat namun lebih berkualitas, adalah contoh inovasi yang didorong oleh kebutuhan proses. Maka wajarlah jika ada peribahasa berbunyi necessity is the mother of invention (kebutuhan adalah induk inovasi).

Selanjutnya sumber keempat adalah Changes in Industry and Market Structure. Struktur pasar dan industri begitu dinamis dan cepat sekali berubah-ubah. Perubahan besar industri berbasis bahan-bahan pertanian pada 2-3 dekade lalu telah berubah total menjadi industri berbasis sektor tersier atau jasa. Sistem outsourcing dalam layanan kebersihan dan pengamanan kantor yang dulu tidak dikenal, sekarang menjadi pilihan terbaik karena tidak perlu merekrut pegawai untuk urusan tersebut. Peralihan bahan konsumsi dari minyak tanah ke gas, juga mengilustrasikan adanya perubahan struktur pasar dan industri. Ditengah-tengah berbagai perubahan tersebut, selalu diperlukan inovasi. Pelaku industri yang tidak melakukan inovasi dan berpegang teguh pada business as usual, akan tergilas oleh para kompetitornya sekaligus akan kehilangan banyak potensi keuntungan.

Sumber inovasi kelima adalah faktor Demographic. Pertambahan jumlah penduduk dunia dan meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy rate) mendorong lahirnya golongan penduduk berusia lanjut (ageing society). Mereka yang merasa masih sehat dan ingin melawan efek penuaan biologis kemudian membutuhkan obat-obat kuat seperti Viagra. Dengan kata lain, Viagra adalah sebuah inovasi yang lahir sebagai konsekuensi demografi yang berubah. Selain itu, perubahan struktur demografi juga sangat berdampak pada kebutuhan melakukan inovasi dalam model layanan publik, misalnya penyediaan sarana/prasarana khusus untuk para manula, atau pemberian berbagai diskon layanan publik untuk para manula, bahkan memunculkan jasa baru perawatan kaum manula.

Keenam, inovasi juga bisa ditumbuhkan karena adanya Changes in Perception. Persepsi adalah cara seseorang melihat atau meyakini sesuatu. Pada masa lalu, kesehatan dipersepsikan sebagai badan yang gemuk atau gempal, sehingga tidak muncul inovasi berupa alat-alat olahraga untuk membakar lemak atau kalori. Namun sekarang, sehat dipersepsikan sebagai keseimbangan massa tubuh dengan tinggi badan, serta kadar zat-zat tertentu dalam tubuh secara seimbang. Perubahan persepsi ini selain mendorong perusahaan memproduksi berbagai alat olah raga yang bisa digunakan sambil duduk atau sambil tetap bekerja, juga produk-produk makanan rendah kalori atau bebas lemak, seperti Nutrasweet. Perubahan persepsi lain misalnya dulu seorang pria dianggap macho jika dia adalah seorang perokok. Namun seiring dengan gencarnya kampanye bebas asap rokok di tempat umum, bahkan muncul beberapa Peraturan Daerah tentang larangan merokok, gadis-gadis remaja sudah mulai beralih pandangan bahwa pria gentle adalah pria yang tidak merokok. Perubahan persepsi ini tentu sangat mempengaruhi pola periklanan rokok, produk substitusi berupa rokok elektrik, dan sebagainya.

Terakhir, inovasi tumbuh dan berkembang karena adanya New Knowledge. Teknologi komputer yang semakin canggih, atau hand-phone yang semakin banyak fitur, atau produk-produk elektronik yang semakin kecil dan flat, adalah inovasi konkrit yang lahir karena adanya pengetahuan baru tentang itu. Namun, pengertian teknologi bukan hanya yang berbasis mesin atau mekanis, namun juga soft-technology di bidang bisnis maupun pemerintahan. Pengetahuan baru di sektor bisnis dan pemerintahan harus terus dikembangkan untuk melahirkan inovasi-inovasi yang mampu memperbaiki kualitas kehidupan manusia secara signifikan.

Diluar ketujuh sumber inovasi yang diperkenalkan Peter F Drucker diatas, saya yakin masih amat banyak sumber-sumber lain yang bisa kita temukan. Tidak ada yang tidak mungkin ketika kita berpikir inovatif. Tidak ada hal yang mustahil bagi seorang innovator. Apa saja sumber-sumber baru inovasi itu, jawabannya ada di kepala setiap orang yang terus mencoba untuk berinovasi …

Ditengah keheningan dini hari.
Villa Melati Mas, Serpong, 5 Februari 2014

Tidak ada komentar: