Senin
ini, Diklatpim I Angkatan XXV resmi memasuki kajian ketiga yakni KSKP (Kajian
Strategi dan Kebijakan Pembangunan), atau kajian yang terakhir sebelum masuk
tahap Aktualisasi. Sekedar untuk mengingatkan kembali, kajian pertama adalah FBPPKN
(Falsafah Bangsa, Paradigma Pembangunan, dan Kepemimpinan Nasional), sedangkan
kajian kedua adalah SMPP (Sistem Manajemen Pemerintahan dan Pembangunan).
Saya
sangat berharap, pada saat pembekalan awal saya akan memiliki gambaran utuh
tentang filosofi dan logika berpikir mengapa pembelajaran Diklatpim I ini dibagi
menjadi tiga kajian. Adakah tujuan besar yang ingin dicapai melalui ketiga
kajian secara spesifik? Jika ada, apa tujuan besar atau kompetensi akumulatif
yang akan diwujudkan dari ketiga kajian secara sinergis? Seingat saya, pada saat
pengarahan program di awal diklatpun tidak ada penjelasan tentang hal ini. Ditambah
lagi, karena kebodohan dan kelambatan otak saya, hingga memasuki minggu keenam saya
belum bisa menangkap desain besar Diklatpim I ini, khususnya keterkaitan antar
ketiga kajian. Mungkin saja, desainer kurikulum memang tidak bermaksud
mengkaitkan satu kajian dengan kajian lainnya. Mungkin saja saya yang berharap
secara tidak proporsional dengan “memaksa” ketiga kajian harus saling
terkoneksi membangun kompetensi besar Diklatpim I.
Namun
saya punya argumen. Jika masing-masing kajian tidak memiliki keterikatan yang
erat, maka kajian tersebut lebih cocok menjadi diklat teknis. Selain itu, jika
ketiganya saling terpisah namun berada dalam wadah yang sama, artinya ketiganya
hanyalah onggokan atau komponen yang tidak saling tergantung, tidak saling
mempengaruhi, dan tidak saling memperkuat. Saya yakin bahwa ini tidak benar,
dan bahwa diantara ketiganya membentuk hubungan serba sistem (systems). Dalam konteks serba sistem
tadi, maka ketiganya harus bisa saling menjelaskan (mutual explaining). Dengan kata lain, ketiga kajian diatas mestinya
tidak hanya berurusan dengan fungsi know-what
(facts, explicit knowledge),
namun lebih kepada know-how (tacit knowledge)
bahkan know-why (science).
Dalam
rangka turut memikirkan kajian-kajian dalam Diklat Kepemimpinan sebagai sebuah
sistem, saya berpendapat bahwa Kajian FBPPKN memiliki tujuan
untuk membangun kompetensi kebangsaan dan memperkuat kohesi bangsa. Ini adalah
jenjang kompetensi tertinggi yang harus dimiliki oleh pejabat karir tertinggi
(Eselon I). Namun sebagai anggota organisasi, seorang pejabat Eselon I juga
harus memiliki kemampuan mengelola dan mengembangkan organisasi (organizational management and development),
sekaligus kompetensi keteladanan baik secara dalam tataran sikap dan etika
maupun kinerja. Kompetensi inilah yang dibangun melalui Kajian SMPP. Adapun Kajian
KSKP bergerak pada wilayah yang lebih spesifik lagi, yakni membangun kompetensi
enabler atau memberdayakan orang
lain, penyiapan kader, transfer pengetahuan dan keterampilan, atau sebagai
mentor terutama bagi bawahannya.
Ini hanyalah ide sesaat yang
belum didukung dengan kajian teoretik yang memadai, sehingga akurasi ide ini
juga masih perlu ditelaah lebih dalam. Namun esensinya adalah bagaimana membuat
antara kajian yang satu dengan yang lain memiliki ketersambungan yang sistemik,
bukan onggokan yang tidak bermakna.
Dari
kamar B-315
Kampus
Pejompongan, 22 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar