Menulis
cukup banyak jurnal selama Diklatpim 1 tanpa menulis soal kamar yang saya
tempati, rasanya sangat tidak fair. Di
kamar B-315 inilah lahir ratusan halaman jurnal dan karya tulis lain (KTP-2, KKA,
Laporan Simulasi, Laporan OL, dan sebagainya). Dari kamar ini juga lahir
puluhan bahan presentasi mulai dari issu kepemimpinan, falsafah kebangsaan, daya
saing nasional, kebijakan publik, keamanan perbatasan, hingga terorisme. Di kamar
ini pula saya mengasah kemampuan menulis, kemampuan analisis, dan kemampuan
imajinasi, sekaligus melatih kemampuan pengendalian diri. Singkatnya, kamar
B-315 telah menjadi sahabat yang begitu setia menemani saya bekerja hingga
larut malam bahkan kadang menjelang pagi. Kamar ini juga menjadi guru saya yang
sangat baik yang telah memberi banyak pelajaran penting dibalik kebisuannya.
Maka,
sudah sepantasnya saya mengekspresikan penghargaan dan rasa terima kasih yang
tulus atas semua yang saya terima dari kamar B-315. Caranya tidak lain adalah
dengan merekam hubungan batin saya dengannya dalam bentuk jurnal ini, agar
kenangan ini bisa terus saya bawa dan ingat hingga kapapun. Suatu ketika nanti
saat saya lewat di depan kamar ini, pasti jiwa saya akan menyapa spirit kamar
B-315, dan saat itulah terjadi lagi silaturahmi spiritual dan transendental. Apalagi
seandanya saya menjadi “orang penting” di Republik ini, maka kamar inipun akan
meningkat derajatnya menjadi “museum”, sama seperti kamar-kamar di rumah Laksamana
Maeda yang digunakan untuk merumuskan naskah teks Proklamasi, atau ruang penjara
Banceuy yang digunakan untuk memenjarakan Bung Karno, atau kamar kediaman Bupati Djojodiningrat di Jalan Gatot Soebroto,
Rembang, tempat RA. Kartini menghabiskan hari untuk membaca dan menulis kumpulan
surat-surat, atau kamar-kamar lain dengan nilai historisnya masing-masing.
Jika
Kartini menghasilkan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang, maka di kamar inipun saya akan menghasilkan kumpulan
jurnal yang saya beri judul Memandang
Diklat Secara 360 Derajat: Sebuah Otokritik. Dahulupun saat mengikuti
Diklatpim II Angkatan XXXI Tahun 2011, di kamar B-201 saya telah mengukir di
dinding-dinding, di atap, dan di lantai kamar, sebuah kumpulan jurnal yang saya
beri judul Potret Pembelajaran Dalam Diklat
Aparatur dan Tacit Strategy Untuk Pengembangannya. Bagi saya, kamar dan karya
yang dihasilkan memiliki hubungan kebatinan, yang meskipun tidak nampak, namun
memiliki kekuatan yang sangat besar.
Jika
boleh saya mempersonifikasikan kamar ini, maka kamar tersebut selalu mengharapkan
kedatangan kita, merindukan kita berdoa dan sembahyang di dalamnya, dan terus
mengundang kita untuk selalu menghasilkan karya-karya terbaik. Bahkan saya
merasakan, betapa kamar ini berlaku teramat sopan kepada saya, menghindari dari
kemungkinan berbuat gaduh, dan terus mempercantik dirinya agar saya betah
tinggal didalamnya. Sayapun merasa seperti ada yang memperhatikan, setiap kali
saya menulis, seakan-akan ada yang turut membaca dan bahagia dengan untaian
kata-kata yang saya hasilkan. Sebaliknya, saya merasa ide-ide dan pemikiran
saya sudah teramat banyak yang menempel kokoh di setiap sudut kamar, yang
setiap kali saya pandang kembali, saya seperti membaca sebuah buku cerita.
Kamar
ini juga memberi saya sebuah suasana yang romantis, terutama dikala pagi hari dan
sehabis hujan. Ketika saya memandang keluar, betapa saya melihat sebuah
pemandangan alam dan suasana kehidupan yang begitu damai, tenteram, dan
menyejukkan. Kadang saya seperti mengalami déjà
vu, seolah-olah saya pernah berada pada situasi yang persis seperti in,
entah kapan dan dimana. Ketika saya melihat pohon-pohon yang basah dan tenang,
saya seperti melihat daun-daun dan ranting-ranting sedang berdzikir mensucikan
nama Tuhannya, mengagungkan asma Sang Pencipta, dan bersyukur atas segala nikmat
dan ketetapan-Nya.
Sekali
lagi, terima kasih kamar B-316. Engkau telah rela menjadi bagian dari
perjalanan karir dan sepenggal episode hidup saya; engkau telah berkenan
memberi tempat berteduh dan tempat memejamkan mata untuk melepas lelah; engkau selalu
sabar menemaniku disaat-saat tugas semakin menumpuk dan tak mau tahu; dan
engkau terus mendukung dan berdoa dengan khusyu’ untuk keberhasilanku.
Meski
tidak berarti, semoga catatan kecil ini bisa menjadi hadiah dariku untukmu,
kamar B-315.
Dari
kamar B-315
Kampus
Pejompongan, 27 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar