Secara
diam-diam, saya merenungkan bahwa dalam lingkungan diklat seperti yang kami
alami saat ini, terdapat dua hukum alam yang berlaku sekaligus.
Pertama, meski belum menemukan
teorinya, saya meyakini bahwa setiap manusia selalu berhadapan dengan
cermin-cermin yang tidak nampak (invisible
mirror). Energi apapun yang kita keluarkan, dan tindakan apapun yang kita
lakukan, akan kembali kepada diri kita apa adanya. Doa yang kita panjatkan,
sedekah yang kita sebarkan, senyum yang kita rekahkan, sikap positif yang kita
tunjukkan, perkataan manis yang kita lontarkan, dan segala macam kebaikan yang
lahir dari dalam diri kita, pasti akan kembali kepada kita sebagai kebaikan, baik
dalam bentuk yang sama, atau mungkin juga berbeda. Begitu juga sebaliknya,
setiap keburukan yang kita pertontonkan, pada waktunya akan kembali kepada kita
sebagai keburukan pula, karena setiap energy yang berasal dari diri kita akan
dipantulkan kembali oleh cermin-cermin misterius tadi.
Inilah
yang barangkali sering disebut dengan Hukum
Kekekalan Energi yang menyatakan bahwa energi tidak bisa hilang, hanya
berubah bentuk. Ketika kita memberi sedekah, tidak pernah kita kekurangan
apalagi kehabisan rejeki. Rejeki yang kita bagi dengan orang lain itu akan
kembali sebagai rejeki yang lebih banyak, atau mungkin berubah menjadi
kebahagiaan dalam hidup kita, yang dengan hidup bahagia itu membuat tubuh kita
lebih sehat, dan dengan tubuh sehat kita bisa bekerja lebih giat dan memperoleh
rejeki yang lebih berlimpah.
Kedua, saya juga
meyakini bahwa setiap kebaikan akan lebih mudah bertemu dan berkawan dengan
kebaikan lainnya; dan setiap kebaikan akan melahirkan kebaikan-kebaikan
selanjutnya. Ketika seorang kawan menunjukkan sikap kesalehan dengan rajin
shalat di masjid dan puasa sunah, hal ini akan menarik simpul-simpul kesalehan
pada pribadi-pribadi yang lain, sehingga kesalehan individu tadi akan
mengundang munculnya kesalehan individu-individu lainnya. Inilah yang saya
perhatikan dengan classmates saya di
Diklatpim I. Pada awal penyelenggaraan, hanya ada dua orang yang rajin puasa
Senin-Kamis dan sekitar tujuh sampai delapan orang yang rutin shalat berjamaah.
Namun pada minggu keempat dan kelima, saya perhatikan jumlah teman-teman yang
berpuasa semakin banyak, demikian pula dengan jamaah shalat Subuh dan Maghrib.
Bahkan ketika saya iseng membandingkan dengan peserta Diklatpim II dan III,
ternyata persentase jamaah yang berasal dari peserta Diklatpim I jauh lebih banyak.
Secara random sampling saya
menghitung pada beberapa kesempatan, peserta Diklatpim yang rajin ke masjid
ternyata mencapai 50 persen lebih, dan ini bagi saya adalah sebuah hal yang
sangat luar biasa dan sangat menggembirakan.
Fakta
inilah yang membuat saya berpikir telah terjadi medan magnet di lingkungan
Diklatpim I. Sifat magnet adalah akan memberikan daya tarik kepada unsur-unsur
yang sejenis. Seperti saya tulis diatas: “kebaikan
akan bertemu dan berkawan dengan kebaikan lainnya”. Dan uniknya, kebaikan
rekan-rekan peserta tidak berhenti sampai disini. Ada saja kebaikan yang
tercipta setiap harinya, dari membagikan kaos, membagikan buku, mentraktir
makan, mensponsori penggandaan bahan bacaan, saling mengunjungi saudaranya yang
sakit dan membesarkan hatinya, dan sebagainya. Seolah-olah di kelas kami ada
perlombaan berbuat kebaikan. Inilah yang saya tulis diatas bahwa: “setiap kebaikan akan melahirkan
kebaikan-kebaikan berikutnya”.
Saya
sungguh berbahagia dengan lingkungan yang penuh kebaikan tadi. Bahkan dalam
hati kecil saya sempat tersirat bahwa saya bersedia mengikuti diklat seperti
ini selama mungkin meski resikonya saya tidak dapat menerima berbagai honor
seperti sebelum mengikuti diklat ini ... J
Dari
sini saya mencoba menarik beberapa lesson
learned. Pertama, di lingkungan manapun, terutama di tempat kerja kita,
hendaknya kita selalu melakukan kebaikan dengan cara apapun, untuk menemukan
kawan kebaikan serta memancing munculnya kebaikan-kebaikan lain. Kedua, ketika
ada seseorang disekitar kita yang berbuat kebaikan, perkuatlah dengan kebaikan
dari diri kita, dan jangan kembangkan issu murahan bahwa orang tadi sedang
mencari perhatian, atau bahwa orang tadi ada maunya dibalik tindakannya, dan
sejenisnya. Marilah kita menjadi “magnet” yang positif bagi lingkungan kita,
dan mari kita buat dunia ini lebih indah dengan berlomba-lomba dalam kebaikan …
Dari
kamar B-315
Kampus
Pejompongan, 16 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar