Saya
tidak tahu pasti apakah kondisi demikian dimonitor oleh penyelenggara. Jika
saja ada perangkat teknologi pendukung, tentu saja akan sangat membantu dan
memudahkan tugas penyelenggara. Maksud saya, sudah saatnya di setiap ruang
kelas dipasang kamera CCTV untuk merekam aktivitas kelas sekaligus untuk
memberi efek kedisiplinan kepada peserta dan widyaiswara. Dengan remote sensing seperti ini,
penyelenggara tidak perlu memonitor kelas secara door to door dan dapat memperoleh data yang obyektif. Perilaku dan
tingkat keaktifan peserta bahkan bisa dipantau langsung oleh penyelenggara. Dengan
demikian, perangkat teknologi sederhana seperti ini dapat meningkatkan
efektivitas program diklat secara keseluruhan.
Perangkat
teknologi yang juga wajib tersedia dalam program diklat adalah jaringan
internet, baik wireless maupun local area network. Dalam penyusunan berbagai
kertas kerja seperti KTP-2, KKT, maupun DIT, widyaiswara sering meminta agar
peserta mengembangkan substansi dan teori seoptimal mungkin. Untuk memenuhi
tuntutan seperti itu, kebutuhan browsing
menjadi sebuah keniscayaan. Sayang sekali, penyelenggara belum menyediakan
fasilitas akses internet. Padahal, jika saja akses internet ini tersedia, ada
manfaat lain yang bisa diraih, misalnya pengiriman materi melalui email atau download melalui website atau
blog penyelenggara. Distribusi
materi, laporan, atau bahan melalui akses internet ini, selanjutnya akan
menekan biaya photo copy sekaligus
menekan kemungkinan penyebaran virus, sesuatu yang tidak dapat dihindari dengan
pola konvensional menggunakan flashdisk
dari komputer satu ke komputer lainnya.
Untuk
mengantisipasi masalah tidak dapat hadirnya pembicara VVIP, keberadaan
perangkat teleconference bisa jadi
merupakan solusi jitu. Tokoh-tokoh penting seperti Hatta Rajasa atau Kuntoro
Mangkusubroto yang batal memenuhi undangan penyelenggara, tidak perlu membuang
waktu menempuh perjalanan dari kantor mereka ke kampus Pejompongan, sehingga
ceramah dapat dilaksanakan secara in
absentia. Untuk level LAN selaku Instansi Pembina Diklat Aparatur, terlebih
dengan mengusung visi sebagai institusi bertaraf internasional, maka keberadaan
perangkat teleconference menjadi
kebutuhan mendasar. Jika perangkat ini telah terpasang, sekaligus dapat mendukung
Tupoksi LAN dalam pembinaan diklat secara nasional.
Sistem
lain yang sangat layak dikembangkan adalah Sistem Informasi Alumni Diklat. Data base yang terangkum bukan hanya data
Diklatpim II, namun juga Diklat Kepemimpinan jenjang bawahnya yang pernah diikuti.
Informasi yang terekam-pun bukan sekedar tahun lulus dan angkatan, namun juga peringkat,
judul-judul karya tulis individual beserta nilainya, serta hal-hal khusus yang dipandang
perlu. Selanjutnya, perlu dijamin adanya koneksitas antara Sistem Informasi Alumni
Diklat ini dengan Sistem Informasi Kepegawaian yang dikembangkan BKN, termasuk KPE
(Kartu Pegawai Elektronik). Dengan sistem ini, perencanaan kebutuhan program Diklatpim
akan lebih mudah dilakukan sehingga tidak akan terjadi surplus alumni maupun deficit
aparat yang telah memenuhi persyaratan kompetensi.
Tentu
saja, masih banyak perangkat teknologi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
efektivitas penyelenggaraan program diklat. Sebagaimana kata pepatah, dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hidup (diklat) akan menjadi lebih mudah … J
Kampus
Pejompongan Jakarta
Jum’at,
15 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar