Pagi
hari ini, sehabis senam dan poco-poco bersama, saya melanjutkan olahraga dengan
jogging keliling kampus bersama
seorang kawan yang berlatar belakang militer. Aktivitas bersama seperti ini
saya rasakan besar sekali manfaatnya. Disamping menimbulkan rasa kedekatan
secara personal, juga mampu menjadi sumber inspirasi baru, sebagaimana yang
saya alami. Sambil berlari-lari kecil, kami berbincang bebas tanpa topik, mengalir
begitu saja seiring dengan aliran nafas saya yang semakin ngos-ngosan.
Ketika
saya sudah merasa ngos-ngosan meski
baru satu putaran, sementara kawan saya yang 11 tahun lebih tua justru merasa
belum “panas”, saat itulah terpikirkan oleh saya betapa tinggi kesenjangan
antara birokrat sipil dengan aparat militer dalam hal stamina, kebugaran
jasmani, dan ketahanan fisik. Padahal, fisik yang kuat akan sangat membantu
keberhasilan tugas-tugas organisasi. Kondisi fisik yang prima juga akan sangat
mempengaruhi emosi dan perilaku secara positif, sebagaimana makna dari pepatah
Latin Men Sana In Corpore Sano (dalam
tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, a
sound mind in a healthy body). Ternyata, pepatah ini memiliki pengaruh yang
sangat kuat (influential) di berbagai
sektor. Bukan hanya John Locke (1632–1704) yang menggunakannya dalam bukunya
berjudul Some Thoughts Concerning Education,
namun institusi militer seperti Royal Marine Physical Training Instructors,
Hargrave Military Academy, Canadian Military, dan sebagainya juga
menggunakan sebagai bagian dari indoktrinasi mereka. Intisarinya sederhana saja:
jika ingin bahagia, usahakan agar fisik kita sehat dan bugar. Sebab, orang yang
terganggu mentalitas atau kejiwaannya, pastilah didahului oleh kondisi fisiknya
yang tidak memadai.
Dengan
melihat betapa pepatah itu sudah begitu luas diterapkan, maka agak aneh jika
birokrasi sipil di Indonesia tidak mencoba mengadopsinya. Dari jogging dengan kawan eks Kolonel tadi
saya meyakini bahwa program pembangunan fisik jasmani adalah sebuah kebutuhan
yang sangat fundamental bagi pejabat/pegawai pemerintah, termasuk bagi peserta
diklat. Ketika sistem kebijakan dan sistem kepegawaian kita sudah mengakomodir
aspek fisik jasmani sebagai kebutuhan, maka kesehatan dan kekuatan fisik jasmani
ini harus menjadi salah satu kompetensi yang dipersyaratkan dalam proses
rekrutmen, mutasi maupun promosi. Selain itu, program pembangunan fisik jasmani
juga harus menjadi program yang terstruktur dalam seluruh program organisasi
pemerintah di level manapun. Sejak saat itu, saya memiliki keyakinan baru bahwa
keberhasilan pemerintah akan ditentukan sebagian oleh seberapa tinggi tingkat
keberhasilan program pembangunan fisik jasmani.
Manfaat
lain yang bisa diperoleh dengan meningkatnya pembangunan fisik jasmani dari
birokrat sipil adalah menjadi sistem pelapis yang kuat bagi pembangunan
ketahanan nasional. Kapan saja integritas dan keutuhan bangsa terancam, dan
kapan saja Ibu Pertiwi memanggil, maka para pejabat sipil ini telah siap menjadi
kekuatan pelapis yang dapat diandalkan.
Keyakinan
baru saya ini adalah sebuah keyakinan yang agak terlambat, karena saya sudah
mengabdi 17 tahun lebih untuk birokrasi sipil Indonesia, tepatnya di Lembaga
Administrasi Negara. Selain itu, saat keyakinan ini datang, secara sangat
kebetulan program senam pagi telah berakhir, seiring datangnya bulan suci
Ramadhan beberapa hari lagi. Artinya, itulah kesempatan saya yang pertama dan
terakhir untuk jogging bersama
Kolonel sang pelatih. Namun, saya selalu yakin bahwa tidak pernah ada kata
terlambat untuk niat baik atau usaha kearah perbaikan, sebagaimana sebuah
pepatah mengatakan: better late than
never …
Kampus
Pejompongan Jakarta
Kamis,
28 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar