Artinya bahwa pemerintah selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan, bukan untuk memenuhi kebutuhan birokrasi. Prinsip ini
didasarkan pada falsafah bahwa pemerintah yang demokratis dibentuk untuk dapat
melayani masyarakat secara optimal. Keuntungan dari prinsip ini adalah memaksa
pemberi jasa untuk dapat bertanggungjawab kepada pelanggannya, merangsang lebih
banyak inovasi, memberi kesempatan kepada orang untuk memilih diantara berbagai
macam pelayanan, serta mengurangi pemborosan karena pasokan disesuaikan dengan
permintaan. Mengenai prinsip-prinsip dasar pemerintahan yang berorientasi
pelanggan sebagaimana yang ditulis Osborne dan Gaebler, akan
diuraikan lebih lanjut dalam ringkasan berikut ini.
Osborne dan Gaebler mengasumsikan bahwa sedikit sekali orang dalam
pemerintahan yang pernah menggunakan kata pelanggan. Kebanyakan organisasi
pemerintah bahkan tidak tahu siapa pelanggan mereka. Pemerintah yang demokratis
lahir untuk melayani warganya. Dan karena itulah tugas pemerintah adalah
mencari cara untuk menyenangkan warganya.
Bagaimana logikanya? Sederhana! Sebagian besar badan
pemerintah tidak memperoleh dananya dari pelanggan. Badan pemerintah memperoleh
sebagian besar dana mereka dari legislatif, dewan kota, dan pejabat yang
terpilih. Dan sebagian besar pelanggan mereka bersifat captive, atau
pelanggan “paksa”. Singkatnya, para pelanggan mempunyai sedikit alternatif
terhadap jasa yang disediakan oleh pemerintah.
Oleh karena itu para manajer dalam sektor pemerintah
belajar mengabaikan pelanggan. Para manajer pemerintah menganggap bahwa
pelanggan mereka adalah eksekutif dan legislatif – karena dari sanalah mereka
memperoleh dana. Para pejabat yang terpilih, pada gilirannya, lebih
berorientasi pada pemilihnya, yakni kelompok kepentingan atau partai. Jadi
sementara bisnis bersungguh-sungguh untuk menyenangkan pelanggan, badan
pemerintah mati-matian untuk menyenangkan kelompok kepentingan.
Pengalaman paling menyedihkan yang dialami oleh orang
yang berhadapan dengan pemerintah adalah arogansi birokrasi. Rakyat saat ini
mengharapkan dianggap sebagai pelanggan-termasuk oleh pemerintah. Banyak di
antara kita yang tidak mempedulikan pemerintah, karena beranggapan kita terlalu
sibuk membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tak bisa diharapkan.
Keadaan ini membawa persaingan selangkah lebih maju:
manajer pemerintah bukan hanya memungkinkan penyedia jasa berada pada proses
penawaran yang kompetitif, pemerintah juga memungkinkan setiap warga negara
memilih penyedia jasanya. Persaingan membangun tanggung jawab (accountability)
kepada pelanggan. Dengan kata lain, untuk menjadikan lembaga publik sebagai
bisnis yang berorientasi kepada pelanggan, pemerintah wirausaha telah belajar
membiyainya seperti bisnis.
Semua ahli manajemen, dari Peters dan Waterman sampai
Drucker dan Deming, menempatkan pentingnya mendengarkan pelanggan.
Mereka memberi nasehat kepada para manajer untuk mempertemukan karyawan mereka
secara langsung dengan pelanggan mereka. Hewlett-Packard meminta para pelanggan
untuk membuat presentasi yang mengambarkan kebutuhan mereka kepada para
insinyurnya. Semua manajer senior di Xerox menggunakan satu hari dalam satu
bulan untuk menerima telepon dari para pelanggan. “Sama sekali tak ada
substitusi bagi akses langsung,” kata mantan CEO Xerox David Kerns. Hal itu
membuat para manajer tetap tahu informasi, tetap berhubungan, tetap jujur.
Manajemen Mutu Terpadu berpegang pada bagan organisasi
tradisional pada puncaknya: konsep tersebut mengatakan bahwa pelanggan adalah
orang terpenting bagi sebuah organisasi; mereka yang secara langsung berhadapan
dengan pelanggan adalah mereka yang berada pada proses berikutnya, dan
manajemen ada di sana untuk melayani yang melayani pelanggan.
“Ini merupakan satu-satunya
hal yang paling sulit dalam manajemen mutu terpadu”: kata Jhon Cleveland,
salah seorang manajer yang memperkenalkan konsep tersebut Departemen
Perdagangan Michigan. Dengan memaksa organisasi untuk mendengarkan
pelanggannya, MMT menjadi sangat efektif untuk mengubah kultur mereka. Lembaga
pemerintah yang paling berorientasi pada pelanggan adalah Fox Valley
Technical College, sebuah perguruan junior yang melayani 45.000 siswa penuh
dan sambilan di Appleton, Wisconsin. Pengendalian mutu terpadu menekankan
pengukuran yang konstan dan perbaikan mutu. karena dibutuhkan satu perangkat
lagi untuk melakukan ini, Fox Valley mengembangkan semacam daftar periksa mutu.
Daftar itu meliputi indikator-indikator keunggulan dalam tujuh cakupan:
penetapan sasaran, manajemen berbasis mutu, pelayanan pelanggan, sumber daya
manusia, kurikulum dan instruksi, pemanfaatan teknologi, serta pemasaran.
Satu-satunya cara terbaik untuk membuat pemberi jasa
publik merespon kebutuhan pelanggan mereka adalah menempatkan sumber daya di
tangan pelanggan dan membiarkan mereka memilih. Untuk memperjelas contoh yang
diberikan dalam bab ini, terdapat banyak cara untuk mendengarkan suara
pelanggan, yakni dengan survai pelanggan, tindak lanjut pelanggan, survai
komunitas, kontak pelanggan, laporan kontak pelanggan, dewan pelanggan,
kelompok fokus, wawancara pelanggan, surat elektronik, pelatihan pelayanan
pelanggan, uji pasar, jaminan mutu, inspektur, pejabat peyelidik keluhan, dan formulir
edaran.
Kongres Amerika mengesahkan RUU GI tentang pembayaran
pendidikan tinggi bagi serdadu-serdadunya yang pulang dari peperangan. Keunggulan
pendekatan RUU GI adalah nyata, antara lain:
1.
Sistem
berorientasi pada pelanggan memaksa para pemberi jasa untuk dapat bertanggung
jawab kepada pelanggannya.
2.
Sistem
yang berorientasi pada pelanggan mendepolitisasi keputusan terhadap pilihan
pemberi jasa.
3.
Sistem
yang berorientasi pelanggan merangsang lebih banyak inovasi.
4.
Sistem
yang berorientasi pelanggan memberi kesempatan kepada orang untuk memilih
diantara berbagai macam pelayanan.
5.
Sistem
yang berorientasi pada pelanggan pemborosannya lebih sedikit, karena pasokan
disesuaikan dengan permintaan.
6.
Sistem
yang berorientasi pada pelanggan mendorong pelanggan untuk membuat pilihan, dan
mendorong untuk menjadi pelanggan yang berkomitmen.
7.
Sistem
yang berorientasi pada pelanggan menciptakan peluang lebih besar bagi keadilan.
Dua
penekanan yang lain yakni pertama, apa yang telah kita bicarakan dalam
bagian ini hanya berlaku bagi pemberian pelayanan, bukan pembuatan peraturan.
Dalam pembuatan peraturan, pelanggan utama bukan individu tetapi komunitas yang
besar. Kedua, sistem yang berorientasi pelanggan mengharuskan persaingan
langsung di antara pemberi jasa. Jika ada sedikit pemberi jasa yang bersaing
dan pesaing baru menghadapi kendala masuk yang besar, pelanggan akan menghadapi
masalah monopoli. Dan jika keadaan ekonomi sedemikian rupa sehingga mengarah
pada kompetisi yang tidak efisien, sebuah kota
dapat memilih di antara pesaing, tetapi tidak memungkinkan bagi pelanggan
secara individual mempunyai pilihan.
Dengan
demikian, maka tugas utama pemerintah adalah mengubah perhatian kepada
lembaga-lembaga yang berorientasi kepada masyarakat (publik). Artinya,
menempatkan sumber daya di tangan pelanggan saja tidaklah cukup. Jika penyedia
jasa adalah publik, atau didanai oleh publik, pemerintah wirausaha sering
mendapati bahwa mereka menghadapi satu tahap lagi, yaitu bahwa mereka harus
mengubah birokrasi yang sudah ada.
Mengubah
sistem yang berorientasi pada agen (badan) seperti ini akan membutuhkan lebih
banyak usaha ketimbang menempatkan sumber daya di tangan pelanggan. Hasilnya
akan merupakan suatu sistem yang benar-benar terdorong oleh pelanggan.
Pelanggan akan mengetahui dengan tepat ke mana mereka harus pergi untuk
memperoleh informasi mengenai kualitas dan ketersediaan berbagai jasa, dan
mereka dapat memilih pelayanan yang mereka sukai.
Dalam
hal pemerintahan yang berorientasi pelanggan ini, Power mensyaratkan
bahwa pemerintah semestinya akrab dengan pemakai, dimana pelanggan
“tidak boleh dihadapkan dengan jaringan yang membingungkan dari program yang
terfragmentasi, syarat-syarat kelayakan yang berlawanan, dan banyak formulir
yang harus diisi. Mereka juga merasa sistem itu mestinya transparan
dalam arti pelanggan harus mampu menentukan pilihan tanpa harus melalui
birokrasi yang rumit. Sistem yang berorientasi pada pelanggan juga memungkinkan
individu untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang holistik,
tanpa mendaftar ke setengah lusin program.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar